Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Joko Widodo atau Jokowi kembali menggelar rapat terbatas (ratas) soal Peningkatan Kualitas Udara Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek), Senin (28/8/2023).
Sepekan terakhir, mencuat beberapa opsi dari sejumlah kementerian atau lembaga terkait untuk mengendalikan polusi udara di Jabodetabek yang belakangan memburuk.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) turut mengajukan opsi pengalihan subsidi dari BBM jenis RON 90, Pertalite, ke BBM dengan nilai oktan yang lebih tinggi, yakni Pertamax (RON 92). Opsi ini untuk mendorong minat masyarakat beralih menggunakan BBM dengan nilai oktan lebih tinggi yang rendah emisi.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan, kajian pengalihan subsidi dari Pertalite menuju Pertamax dinilai efektif menekan gas buang dari kendaraan bermotor.
Hanya saja, Dadan belum dapat memastikan ihwal kelanjutan dari usulan otoritas energi tersebut. Dia menuturkan, usulan itu bakal ikut dibahas dalam ratas siang ini.
“Ditunggu ya karena ada sidang kabinet hari ini,” kata Dadan saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (28/8/2023).
Baca Juga
Sebelumnya, Dadan mengatakan, semakin tinggi angka oktan BBM maka akan semakin bagus pembakarannya sehingga emisi yang dihasilkan dari penggunaan BBM tersebut akan semakin sedikit.
"Jadi kami sedang lihat juga apakah bisa dilakukan upaya untuk peningkatan angka oktan untuk bahan bakar," kata Dadan di Nusa Dua Bali Convention Centre (NDBCC), Kamis (24/8/2023).
Pekan lalu, Jokowi telah memanggil jajaran menteri Kabinet Indonesia Maju dan pemerintah daerah untuk melakukan ratas terkait Peningkatan Kualitas Udara Kawasan Jabodetabek pada Senin (14/8/2023).
Kepala Negara menilai bahwa kualitas udara di Jabodetabek yang selama satu pekan terakhir mendapat nilai yang sangat sangat buruk. Apalagi, dia melihat bahwa pada Sabtu (12/8/2023) kualitas udara (air quality index/AQI) di DKI Jakarta berada di angka 156 dengan keterangan tidak sehat.
“Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan situasi polusi di Jabodetabek kian memburuk, antara lain kemarau panjang selama 3 bulan terakhir yang menyebabkan peningkatan konsentrasi polutan tinggi serta pembuangan emisi dari transportasi dan juga aktivitas industri di Jabodetabek, terutama yang menggunakan batu bara di sektor industri manufaktur,” tuturnya di Istana Negara, Senin (14/8/2023).