Bisnis.com, JAKARTA - Koordinator Khusus Kemitraan untuk Infrastruktur dan Investasi Global (PGI) Amerika Serikat Helaina Matza mengungkapkan alasan dana transisi energi atau Just Energy Transition Partnership (JETP) untuk Indonesia senilai US$20 miliar atau setara dengan Rp310 triliun kunjung cair hingga saat ini.
Matza menjelaskan bahwa pencairan dana program JETP tersebut merupakan proses yang panjang dan rumit bagi pemerintah negara manapun. Apalagi, Indonesia adalah negara yang besar dan beragam.
“Terutama untuk negara yang begitu besar dan beragam, serta memiliki begitu banyak elemen dan pulau yang berbeda seperti Indonesia, untuk mengimplementasikan sebuah rencana secara penuh [butuh waktu],” ungkap Matza kepada Bisnis saat ditemui di Mandarin Oriental Jakarta, Jumat (25/8/2023).
Dia mengungkapkan bahwa PGI telah melihat banyak kemajuan komitmen transisi energi (energy transition) di Indonesia.
Hal tersebut meliputi langkah PLN untuk menciptakan posisi senior baru untuk mendukung penyebaran energi terbarukan, meluncurkan mekanisme transisi energi atau Energy Transition Mechanism (ETM), serta kemudian membentuk satuan tugas dekarbonisasi energi.
Kemudian, menurut pemahamannya, proses perencanaan atau iterasi kedua dari rencana CIPP (Comprehensive Investment and Policy Plan) yang telah diajukan kini sedang ditinjau secara matang oleh pemerintahan AS.
Baca Juga
“Di sepanjang jalan [proses] tersebut, akan membantu kami mengidentifikasi peluang untuk mengedepankan dana publik tersebut, baik dalam bentuk bantuan teknis, dukungan hibah, maupun pinjaman lunak dan komersial,” terangnya.
Matza juga menjelaskan kedatangan dirinya dan tim PGI ke Indonesia untuk mendukung dan meningkatkan sektor swasta, dengan menyediakan sumber daya awal di bidang energi terbarukan.
Selain mengamati progres transisi energi, Matza juga menilai bahwa Indonesia memiliki peluang besar terutama untuk menjadi pemain besar di industri baterai EV (electric vehicle) skala global.
Menurut Matza, ambisi tersebut dapat terwujud jika Indonesia tidak hanya mengandalkan produksi nikel saja, namun juga melihat dari aspek lainnya.
"[Menjadi pemain baterai global] Bukan hanya karena kemampuan produksi bijih nikel, tetapi juga karena investasi yang mereka lakukan dalam pemrosesan dan hubungan yang mereka jalin dengan perusahaan otomotif dan pembuat baterai," ungkapnya.
Berdasarkan catatan Bisnis, rencana pendanaan transisi energi JETP senilai Rp310 triliun ditargetkan dapat difinalisasi pada akhir Oktober 2023.
Draf rencana investasi komprehensif atau CIPP juga telah didistribusikan ke kelompok mitra negara-negara G7 plus Norwegia dan Denmark, serta ke Glasgow Financial Alliance for Net Zero (GFANZ).
Nantinya, diharapkan respons mitra terhadap draf CIPP dapat diperoleh pada September 2023. Setelahnya, draf tersebut akan dibuka untuk konsultasi publik.
Kepala Sekretariat JETP Edo Mahendra mengungkapkan jika semua berjalan lancar maka investasi final bisa siap sebelum November 2023, yakni sebelum Konferensi Perubahan Iklim PBB ke-28 atau COP28 yang digelar pada 30 November 2023 di Dubai.
"Semua mata tertuju pada JETP Indonesia karena ini adalah model pembiayaan energi baru," ujar Mahendra, dilansir dari Bloomberg, Rabu (23/8/2023).