Bisnis.com, JAKARTA – Hong Kong bakal memberlakukan pembatasan impor makanan laut dari Jepang setelah negara tersebut menyatakan akan membuang limbah dari PLTN Fukushima ke laut di Samudra Pasifik.
Hal itu disampaikan oleh Kepala Eksekutif Hong Kong, John Lee, seperti melansir dari Bloomberg, Rabu (23/8/2023). Langkah ini dipastikan mempengaruhi produk-produk pada industri bernilai ratusan juta dolar dalam ekspor makanan laut ke pusat keuangan Asia itu.
“Keputusan dan praktik pembuangan limbah nuklir dalam jumlah besar selama 30 tahun yang belum pernah terjadi sebelumnya … merupakan pemaksaan yang tidak bertanggung jawab terhadap pihak lain,” tulis Lee pada lain kesempatan dalam unggahan di akun Facebook resminya.
Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, sebelumnya memastikan bahwa pembuangan air limbah olahan sekitar 1,3 juta meter kubik dari PLTN Fukushima akan dimulai pada hari Kamis dan kemungkinan akan berlanjut setidaknya selama tiga dekade ke depan.
Keputusan ini tak ayal menjadi titik panas di hubungan geopolitik Jepang dengan negara-negara lain. China dan yang lainnya mempertanyakan keamanan proposal tersebut.
Perihal larangan impor yang ditetapkan pemerintah Hong Kong, Makau juga termasuk di dalamnya. Melalui konferensi pers yang diadakan Selasa (22/8/2023) kemarin, para pejabat Hong Kong menambahkan bahwa dua wilayah administrasi khusus China ini akan menguji produk Jepang setiap hari.
Baca Juga
Kishida bersikeras bahwa Jepang akan memenuhi standar keselamatan. Ia menambahkan, pelepasan air limbah seperti yang dilakukan Jepang ini relatif umum terjadi di sektor nuklir. Tinjauan selama dua tahun oleh Badan Energi Atom Internasional menemukan bahwa strategi Jepang akan berdampak kecil pada manusia dan lingkungan.
Hong Kong merupakan importir makanan laut Jepang terbesar kedua setelah China daratan pada tahun lalu. Kota ini mengimpor makanan laut senilai sekitar 75,5 miliar yen atau sekitar Rp7,9 triliun.
Larangan Hong Kong mencakup produk-produk dari 10 prefektur Jepang, termasuk Tokyo dan Fukushima, bersama dengan beberapa wilayah Jepang lainnya. Larangan mencakup semua produk air hidup, beku, dingin, kering, atau diawetkan, garam laut, dan rumput laut yang belum diproses atau diproses.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, mendesak Jepang untuk membatalkan rencana pembuangan limbah nuklirnya secara bertanggung jawab. Untuk diketahui, negara ini membeli produk akuatik senilai 87,1 miliar Yen atau sekitar Rp9,1 triliun dari Jepang tahun lalu.
“Sangat egois dan tidak bertanggung jawab bagi Jepang untuk mengalihkan risiko kontaminasi nuklir ke seluruh umat manusia. Lautan menopang kehidupan umat manusia dan kita tidak boleh membiarkan Jepang membuang air yang terkontaminasi nuklir ke dalamnya,” kata Wang dalam konferensi pers di Beijing, Selasa. (Lydia Tesaloni Mangunsong)