Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pendanaan JETP Rp310 Triliun Dinilai Tak Cukup Danai Transisi Energi RI

Pemerintah diminta ttidak hanya mengandalkan pendanaan JETP untuk mencapai target transisi energi. Namun, juga perlu mengandalkan sumber pendanaan lainnya.
Turbin Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap tertutup kabut di Kecamatan Watang Pulu Kabupaten Sindereng Rappang, Sulawesi Selatan, Senin (15/1)./JIBI-Abdullah Azzam
Turbin Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap tertutup kabut di Kecamatan Watang Pulu Kabupaten Sindereng Rappang, Sulawesi Selatan, Senin (15/1)./JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Pendanaan dari Just Energy Transition Partnership (JETP) senilai US$20 miliar atau setara dengan sekitar Rp310,7 triliun dinilai tidak dapat mencukupi kebutuhan investasi transisi energi Indonesia. 

Analis Kebijakan Energi International Institute of Sustainable Development (IISD) Anissa Suharsono menyebut bahwa nilai pinjaman tersebut tidak cukup untuk membantu Indonesia dalam mencapai target bauran energi baru terbarukan sebesar 23 persen pada 2025 maupun target net zero emission (NZE).

"Bujet kita untuk membiayai transisi energi dana JETP Rp300 triliun belum apa-apa. Itu tidak akan cukup hanya sekadar katalis. Kenyataannya pembiayaan yang dibutuhkan untuk transisi energi sampai NZE jauh lebih besar lagi, [Bahkan bisa] berkali-kali lipat," kata Anissa dalam diskusi 'Mendorong RUPTL Hijau yang Ambisius Setelah Komitmen JETP', Senin (21/8/2023).

Dia pun meminta pemerintah tidak hanya mengandalkan dana JETP. Namun, juga perlu mengandalkan sumber pendanaan lainnya. Misalnya, pengalokasian dari dana publik hingga pinjaman dari bank BUMN.

"Public financial flow yang paling pertama bergerak karena kendali di bawah pemerintah dan memengaruhi, seperti public controlled money, subsidi, insentif, investasi dari lembaga keuangan publik," ujarnya.

Di sisi lain, Peneliti Energi Institute of Energy Economic anf Financial Analysis Putra Adhiguna melihat bahwa dana JETP tidak bisa memenuhi target transisi energi Indonesia. Dirinya bahkan mengatakan bahwa Indonesia harus memiliki dana hingga Rp500 triliun untuk mencapai bauran EBT 23 persen hingga 2025.

"Tetapi ini bisa membantu menggulirkan infrastruktur awal. Jadi JETP ini sebenarnya adalah komitmen-komitmen di awal yang bisa menggulirkan bolanya," ucap Putra.

Seperti diketahui, pakta iklim yang tergabung ke dalam kemitraan JETP sempat berjanji untuk menyediakan dana himpunan US$20 miliar atau setara dengan Rp310,7 triliun (asumsi kurs Rp15.535 per US$) dari publik dan swasta selama 3 hingga 5 tahun mendatang untuk membantu pendanaan transisi energi di Indonesia. 

Skema pendanaan JETP itu terdiri atas US$10 miliar yang berasal dari komitmen pendanaan publik dan US$10 miliar dari pendanaan swasta yang dikoordinatori oleh Glasgow Financial Alliance for Net Zero (GFANZ), yang terdiri atas Bank of America, Citi, Deutsche Bank, HSBC, Macquarie, MUFG, dan Standard Chartered.  

Adapun, kemitraan JETP yang dipimpin Amerika Serikat-Jepang ini, termasuk di dalamnya negara anggota G7 lainnya, yakni Kanada, Inggris, Prancis, Jerman, dan Italia, serta juga melibatkan Norwegia dan Denmark.  


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper