Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investasi Belum Efisien, Airlangga Sebut Tingkat ICOR Masih Tinggi

Angka ICOR perlu ditekan hingga 5 persen, agar pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa merangkak naik ke 6 persenan.
Suasana Sidang Tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR - DPD Tahun 2023 di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (16/8/2023). ANTARA FOTO/Galih Pradipta
Suasana Sidang Tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR - DPD Tahun 2023 di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (16/8/2023). ANTARA FOTO/Galih Pradipta

Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebutkan laju investasi Indonesia masih belum efisien, yang terlihat dari angka Incremental Capital Output Ratio atau ICOR saat ini. Angka ICOR perlu ditekan demi mendorong pertumbuhan ekonomi.

Airlangga menjelaskan bahwa angka ICOR per Maret 2023 ada di 7,6. Angka itu menurutnya masih harus dibuat lebih rendah lagi.

"Sekarang ICOR sudah 7,6 dan ini relatif tinggi. Kami berharap pertumbuhan ekonomi kita tercapai bila ICOR bisa kita tekan lebih rendah," ujarnya dalam Konferensi Pers: RAPBN dan Nota Keuangan 2024, Rabu (16/8/2023).

ICOR merupakan rasio yang menunjukkan hubungan antara peningkatan belanja modal (termasuk infrastruktur) dan pertumbuhan ekonomi yang masih tinggi.

Angka itu bisa menjadi salah satu parameter yang menunjukkan tingkat efisiensi investasi di suatu negara. Semakin tinggi nilai ICOR, semakin tidak efisien suatu negara untuk investasi.

Dalam hal ini, artinya setiap peningkatan pertumbuhan ekonomi 1 persen membutuhkan peningkatan investasi infrastruktur sebesar 7,6 persen. Sementara itu, sejumlah negara maju memiliki ICOR di bawah 3.

Sebelumnya, Airlangga juga menyampaikan jika ICOR dapat ditekan menuju level 5 persen, dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 6 persen. Capaian itu sesuai dengan target pemerintah jika Indonesia ingin menjadi negara berpendapatan tinggi.

Untuk tahun depan, pemerintah mengusulkan target pertumbuhan ekonomi di tahun politik tersebut sebesar 5,2 persen, lebih lambat dari target 2023 di angka 5 persen—5,3 persen.

Meski demikian, Airlangga memamerkan bahwa peringkat daya saing Indonesia pada 2023 naik ke posisi 34, setelah sebelumnya pada posisi 44. Lebih baik dari Jepang (35), India (40), Filipina (52), Brasil (60).

Pada kesempatan yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan dinamika global yang belum kondusif menjadi tantangan dalam upaya Indonesia untuk menurunkan ICOR dan meningkatkan produktivitas.

Pasalnya, investasi yang lebih efisien hanya dapat terwujud sejalan dengan produktivitas yang semakin baik.

"Ini merupakan langkah yang bisa dicapai dengan reformasi struktural, iklim investasi, UU Cipta Kerja, infrastruktur yang dibangun, itu semua meningkatkan mobilitas, mengurangi biaya sehingga bisa meningkatkan produktivtias, meningkatkan growth tanpa menambah capital lebih besar lagi," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper