Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah mengajukan anggaran belanja negara total Rp3.304 triliun untuk 2024, alias APBN terakhir Presiden Joko Widodo.
Dalam pidatonya, Presiden Jokowi mengatakan postur APBN 2024 harus tetap sehat. Menurutnya, reformasi fiskal harus terus dilakukan secara komprehensif.
Pemerintah menargetkan pendapatan negara sebesar Rp2.781,3 triliun. Pendapatan ini akan berasal dari penerimaan perpajakan sebesar Rp2.307,9 triliun, dan PNBP senilai RpRp473 triliun, serta hibah senilai Rp0,4 triliun.
Sementara itu, belanja negara dialokasikan sebesar Rp3.304,1 triliun. Belanja ini akan dialokasikan untuk belanja pemerintah pusat sebesar Rp2.446,5 triliun, dan transfer ke daerah senilai Rp857,6 triliun.
"Keseimbangan primer negatif Rp25,5 triliun didorong bergerak menuju positif. Defisit anggaran sebesar Rp2,29 persen PDB atau sebesar Rp522,8 triliun," kata Jokowi, pada Pidato Kenegaraan dalam rangka Penyampaian RAPBN Tahun Anggaran 2024 beserta Nota Keuangan, Rabu (16/8/2023).
Selain mengajukan belanja senilai Rp3.304,1 triliun, Jokowi juga menyampaikan asumsi dasar makro ekonomi untuk 2024.
Baca Juga
Pertama, pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2024 akan mencapai 5,2 persen. Proyeksi ini melambat jika dibandingkan dengan target pertumbuhan ekonomi 2023 di angka 5,3 persen.
Presiden menuturkan stabilitas ekonomi makro akan terus dijaga, terutama pada tahun pemilihan umum (pemilu) untuk terus mendukung geliat aktivitas perekonomian di dalam negeri.
Kedua, pemerintah menargetkan laju inflasi domestik pada 2024 turun dan terkendali pada level 2,8 persen. Peran APBN menurut Jokowi akan tetap dioptimalkan untuk memitigasi tekanan inflasi, baik akibat perubahan iklim maupun gejolak eksternal.
Ketiga, rata-rata nilai tukar rupiah diperkirakan bergerak di sekitar Rp15.000 per dolar AS.
Keempat, suku bunga Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun diproyeksi pada a level 6,7 persen. Jokowi menjelaskan, koordinasi anggota Komite Stabilitas Sektor Keuangan (KSSK) akan selalu antisipatif dan responsif dalam menghadapi potensi gejolak eksternal.
Kelima, harga minyak mentah Indonesia (ICP) diperkirakan berada pada US$80 per barel. Di sisi lain, lifting minyak dan gas bumi diperkirakan masing-masing mencapai 625.000 barel per hari dan 1,03 juta barel setara minyak per hari.