Bisnis.com, JAKARTA – Lembaga pemeringkat global Fitch Ratings baru saja memangkas peringkat utang jangka panjang Amerika Serikat (AS) dari level tertinggi AAA menjadi AA+ pada Selasa (1/8/2023).
Lembaga pemeringkat asal AS tersebut mengungkapkan kemunduran fiskal yang diperkirakan akan terjadi dalam tiga tahun ke depan akibat beban utang yang terus meningkat.
Langkah ini diambil Fitch setelah pertarungan politik besar mengenai pinjaman negara dan kebuntuan berulang kali mengenai kenaikan batas utang. Meskipun kebuntuan legislatif terakhir telah diselesaikan oleh pemerintah AS dan parlemen, hal tersebut tetap menjadi masalah yang berpotensi menjadi perhatian di masa depan.
Menurut data Bloomberg, peringkat 'AAA' untuk surat utang luar negeri dengan nominal dolar AS telah dipegang negara adidaya tersebut setidaknya sejak tahun 1994.
"Penurunan peringkat Amerika Serikat mencerminkan kemerosotan fiskal yang diperkirakan akan terjadi dalam tiga tahun ke depan, beban utang pemerintah yang tinggi dan terus meningkat, dan erosi tata kelola pemerintahan relatif terhadap negara-negara lain yang berperingkat 'AA' dan 'AAA' dalam dua dekade terakhir yang telah tercermin dalam kebuntuan batas utang yang berulang-ulang dan resolusi di saat-saat terakhir," kata Fitch dalam sebuah pernyataan.
Pelaku pasar mengungkapkan bahwa pemangkasan peringkat ini merupakan pengingat bahwa gambaran fiskal negara ini menjadi semakin ktitis. Hal ini dapat meningkatkan kekhawatiran semua pihak, mulai dari manajer aset hingga bank sentral global dan pihak-pihak lain yang memiliki surat utang pemerintah AS dalam jumlah besar.
Baca Juga
Melansir Investopedia, surat utang pemerintah AS dikategorikan sebagai utang dalam negeri dan utang publik. Utang dalam negeri adalah utang yang dipegang di dalam negeri AS oleh badan-badan dan badan-badan federal. Adapun utang publik sebagian besar dipegang oleh pemerintah negara-negara lainnya, termasuk china, Jepang, hingga Italia.
Berdasarkan data Federal Reserve dan Departemen Keuangan AS, negara-negara asing memegang surat utang AS senilai total US$7,4 triliun per April 2023. Dari jumlah tersebut, Jepang dan China memegang porsi terbesar.
Berikut ini negara-negara yang memegang surat utang pemerintah AS dengan porsi terbesar:
- Jepang
Melansir Investopedia, Jepang memiliki surat utang AS senilai US$1,127 triliun per April 2023. Pasar imbal hasil yang rendah dan negatif di Jepang membuat kepemilikan surat utang AS menjadi menarik. Kepemilikan surat utang oleh Jepang ini setara 15,22 persen dari surat utang AS yang dimiliki asing.
- China
China menempati posisi kedua di belakang Jepang dengan kepemilikan surat utang AS senilai US$886,9 miliar per April 2023. China mendapat banyak perhatian karena memegang sebagian besar utang pemerintah AS. Mengingat ekonominya berkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir, hal ini tidak mengejutkan.
Meskipun surat utang yang dimiliki oleh China sering menjadi bahan pembicaraan politik, tidak ada yang terlalu menyeramkan tentang ekonomi yang berorientasi ekspor yang berinvestasi dalam sekuritas. Faktanya, surat utang negara adalah investasi yang logis untuk negara dengan cadangan mata uang asing yang tinggi. China saat ini memegang hampir 11,99 persen utang luar negeri AS.
- Inggris
Investor Inggris meningkatkan kepemilikan mereka atas utang AS menjadi $680,7 miliar per April 2023. Investasi Inggris dalam surat utang AS diperkirakan terkait dengan meningkatnya ketidakpastian ekonomi di Inggris yang masih belum pulih serta hilangnya banyak hubungan perdagangan akibat Brexit. Inggris memiliki sekitar 9,11 persen utang luar negeri AS.
- Belgia
Belgia memiliki surat utang AS senilai US336,6 miliar. Kepemilikan ini sebagian dapat dikaitkan dengan aktivitas keuangan perusahaan yang berbasis di Brussels, Euroclear, yang merupakan perusahaan keuangan utama Eropa yang berspesialisasi dalam penyelesaian transaksi sekuritas.
- Luksemburg
Luksemburg adalah pemegang utang AS terbesar kelima di antara negara-negara asing. Besarnya kepemilikan Luksemburg diperkirakan disebabkan oleh status negara ini sebagai tax haven, tempat para investor kaya memarkir dana mereka di perusahaan-perusahaan lokal. Sebagian besar kekayaan ini kemudian diinvestasikan dalam berbagai sekuritas, termasuk surat utang AS.
Luksemburg tercatat memiliki surat utang AS senilai US$332,3 miliar per April 2023.