Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia kompak melemah pada Rabu (2/8/2023) menyusul penurunan peringkat utang Amerika Serikat (AS) oleh Fitch Ratings. Sementara itu langkah dukungan tambahan dari China gagal membalikan suasana.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks Nikkei 225 Jepang ditutup melemah 2,3 persen, sedangkan Hang Seng Hong Kong anjlk 2,47 persen, dan Shanghai Composite Index melemah 0,89 persen.
Pemangkasan peringkat Fitch yang diumumkan sebelum pasar dibuka di Asia pada awalnya mendorong penurunan imbal hasil obligasi Treasury AS sebelum pergerakan kembali stabil, dan menyisakan imbal hasil dua tahun turun satu basis poin.
"Menurut saya, ini hanyalah sebuah katalisator bagi para trader Asia untuk membukukan keuntungan," jelas Kepala ekuitas Asia Pasifik di Robeco Hong Kong Ltd., Joshua Crabb.
Crabb juga mengatakan bahwa pasar telah berjalan dengan sangat baik dalam beberapa sesi terakhir. Hanya saja ada sesuatu yang perlu dikhawatirkan.
Para investor kemudian mengatakan penurunan peringkat AS oleh Fitch tidak akan banyak membantu untuk menghalangi status terbaik dari aset-aset AS dalam jangka panjang, dengan alasan kurangnya alternatif dan pertumbuhan ekonomi yang solid.
Baca Juga
Investor sendiri juga melihat pelajaran dari kejadian serupa pada 2011. Meskipun pemangkasan peringkat memicu aksi jual aset-aset berisiko di seluruh dunia, hal ini mendorong kenaikan Treasury karena para investor mencari aset-aset yang aman.
Di pasar AS, kontrak berjangka indeks S&P 500 dan Nasdaq 100 turun sekitar 0,5 persen. S&P 500 ditutup melemah tipis pada perdagangan Selasa (1/8) karena reli yang mendorong pasar saham naik hampir 30 persen dari posisi terendahnya di bulan Oktober terhenti.
Sebelumnya, Fitch Ratings menurunkan peringkat surat utang utang jangka panjang AS dari 'AAA' menjadi 'AA+' pada Selasa (1/8/2023).
Lembaga pemeringkat asal AS tersebut mengungkapkan kemunduran fiskal yang diperkirakan akan terjadi dalam tiga tahun ke depan akibat beban utang yang terus meningkat.
"Penurunan peringkat Amerika Serikat mencerminkan kemerosotan fiskal yang diperkirakan akan terjadi dalam tiga tahun ke depan, beban utang pemerintah yang tinggi dan terus meningkat, dan erosi tata kelola pemerintahan relatif terhadap negara-negara lain yang berperingkat 'AA' dan 'AAA' dalam dua dekade terakhir yang telah tercermin dalam kebuntuan batas utang yang berulang-ulang dan resolusi di saat-saat terakhir," kata Fitch dalam sebuah pernyataan.
Sementara itu, dolar melemah terhadap sebagian besar mata uang utama. Beberapa analis menilai pelemahan ini hanya bersifat sementara.
"Peringkat kredit biasanya bukan merupakan penggerak utama jangka menengah mata uang," ungkap pakar strategi mata uang di Commonwealth Bank of Australia Carol Kong.