Bisnis.com, JAKARTA - Fitch Ratings menurunkan peringkat utang jangka panjang Amerika Serikat (AS) dari ‘AAA’ kini menjadi ‘AA+’. Hal ini dapat berdampak bagi negara AS itu sendiri.
Fitch Ratings mengumumkan penurunan peringkat tersebut pada Selasa (2/8/2023). Fitch menggarisbawahi penurunan ini pada kebuntuan politik pagu utang yang berulang kali terjadi dan meningkatnya defisit pemerintah secara umum.
Tak hanya itu, AS juga berhadapan dengan pengetatan kondisi kredit, investasi bisnis yang lemah dan perlambatan konsumsi sehingga dapat menyebabkan resesi ringan. Selama dekade berikutnya, diperkirakan suku bunga AS akan tinggi dan meningkatnya stok utang.
Sementara itu, populasi yang menua di AS dan meningkatnya biaya perawatan kesehatan akan meningkatkan pengeluaran, jika tidak ada reformasi kebijakan fiskal.
Kepala ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan bahwa dampak dari penurunan peringkat tersebut adalah volatilitas pasar keuangan AS akan meningkat. Menurutnya, dampak penurunan peringkat akan tercermin pada nilai tukar, pasar saham dan pasar obligasi AS.
Penurunan peringkat kredit, dinilai dapat menyebabkan depresiasi nilai dolar terhadap mata uang lainnya. Depresiasi nilai dolar dapat berdampak pada inflasi dan pertumbuhan ekonomi di masa depan.
Baca Juga
"Kepercayaan investor juga akan menurun terhadap pasar saham dan obligasi AS. Hal ini disebabkan investor ingin mendapatkan alternatif investasi yang lebih aman. Efeknya, maka harga saham di pasar AS dan global akan turun secara keseluruhan," ungkap Andry dalam risetnya, Rabu (2/8/2023).
Setelah keputusan penurunan peringkat, dolar bergerak melemah dibandingkan mata uang utama lainnya. Indeks saham berjangka AS juga belum melanjutkan perdagangan.
Andry juga melihat pada krisis pagu utang di tahun 2011, ketika Standard & Poor’s memangkas peringkat ‘AAA’ AS, beberapa hari setelah kesepakatan pagu utang. Alasan pemangkasan tersebut adalah polarisasi politik dan langkah-langkah yang tidak memadai untuk memperbaiki prospek fiskal negara.
“Setelah penurunan peringkat tersebut, saham-saham AS jatuh dan dampak dari penurunan peringkat tersebut terasa di seluruh pasar saham global," lanjutnya.
Risiko Kenaikan Suku Bunga
Dampak berikutnya adalah risiko kenaikan suku bunga di masa depan. Setelah negara kehilangan peringkat kreditnya, maka investor cenderung melihatnya sebagai investasi yang berisiko.
Hal ini kemudian menyebabkan permintaan untuk obligasi AS menurun yang pada gilirannya meningkatkan suku bunga yang harus dibayar oleh pemerintah AS untuk meminjam uang.
Fitch, memperkirakan bahwa suku bunga AS akan kembali naik pada September 2023, yakni menjadi 5,5 - 5,7 persen. Ketahanan ekonomi dan pasar tenaga kerja membuat The Fed sulit untuk mencapai target inflasi sebesar 2 persen.
Kenaikan suku bunga ini dapat membahayakan pasar keuangan global, karena dapat menurunkan minat investor untuk berinvestasi di pasar saham dan obligasi.