Bisnis.com, JAKARTA - Penggunaan motor listrik di kalangan pengemudi ojek online dianggap masih rendah. Terbatasnya fasilitas pengisian baterai dianggap menjadi biang kerok adopsi kendaraan listrik tersebut belum masif.
Ketua Umum Asosiasi Pengemudi Ojek Daring Garda Indonesia Igun Wicaksono membeberkan banyak keluhan dari pengemudi ojek online yang telah menggunakan motor listrik justru mengalami penurunan pendapatan.
Mereka mengatakan banyak penumpang lebih memilih memesan pengemudi ojol dengan motor berbahan bakar minyak (BBM), alih-alih motor listrik. Selain itu, waktu pengisian baterai dianggap tidak efisien telah mengurangi produktivitas pengemudi ojek online.
"Banyak penumpang cancel [batalkan] pesanan kalau ojolnya motor listrik, banyak waktu terbuang untuk pengisian baterai, sehingga mengurangi pendapatan," kata Igun saat dihubungi, Rabu (2/8/2023).
Igun menyebut bahwa penggunaan motor listrik justru menurunkan pendapatan pengemudi ojek online sekitar 20-30 persen dibandingkan penggunaan motor BBM kendati bisa menghemat hingga 50 persen dari sisi pengeluaran operasional.
"Rata-rata pendapatan sepeda motor konvensional [BBM] sekitar Rp100.000-Rp300.000 per hari. Sementara untuk motor listrik sekitar Rp70.000 - Rp250.000 per hari," beber Igun.
Baca Juga
Igun mengatakan insentif pembelian baru maupun konversi ke motor listrik belum berhasil menarik banyak minat pengemudi ojek online untuk beralih ke kendaraan listrik. Musababnya penggunaan motor listrik dianggap lebih banyak kendala dibandingkan keuntungan yang didapat.
Sebagaimana diketahui, pemerintah memang tahun ini telah menggelontorkan anggaran untuk mensubsidi pembelian dan konversi motor listrik sebesar Rp7 juta per orang.
"Kami memandang program subsidi itu akan berhasil bisa infrastruktur pengisian baterai telah memadai," tuturnya.