Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan tambang Arab Saudi, Ma’aden, telah mengakuisisi 10 persen saham di perusahaan logam dasar Brasil, Vale. Aksi korporasi itu memperkuat posisi Arab Saudi dalam industri global.
Mengutip pemberitaan Reuters, Minggu (30/7/2023), upaya tersebut adalah bagian dari strategi untuk berinvestasi dalam aset pertambangan global. Hal tersebut diumumkan dalam pernyataan bursa hari ini.
Ma’aden melalui perusahaan petungannya, Manara, yang didirikan dengan Dana Investasi Publik, menandatangani perjanjian yang mengikat untuk mengakuisisi 10 persen saham di Vale Base Metals pada Kamis (27/7/2023), berdasarkan nilai perusahaan US$26 miliar.
"Investasi Manara ke Vale akan memainkan peran penting dalam membantu memperluas produksi tembaga dan nikel di seluruh portofolio asetnya, yang sangat penting untuk pengembangan teknologi baru yang akan menguntungkan transisi energi global," tertulis dalam pernyataan perusahaan, dikutip pada Minggu (30/7/2023).
Transaksi ini yang didanai oleh sumber daya Ma’aden sendiri tunduk pada persetujuan regulasi, dan diharapkan akan selesai pada kuartal I/2024.
Mengutip Bloomberg, kesepakatan senilai US$2,6 miliar tersebut telah menetapkan panggung untuk potensi perubahan penting dalam lanskap investasi logam dan pertambangan, yakni kedatangan Arab Saudi sebagai pemain penting.
Baca Juga
Selama bertahun-tahun, produsen besar kalah berulang kali bersaing dengan perusahaan China dalam membeli tambang. Perusahaan logam dan pertambangan milik China bersedia membayar valuasi yang tak dapat ditandingi oleh perusahaan barat.
Arab saudi kini tampaknya juga bersedia melakukan hal yang sama, yakni berpotensi menempatkan beberapa kesepakatan di luar jangkauan pembeli tradisional industri tersebut.
Tidak seperti perusahaan China, Arab Saudi kini lebih tertarik untuk mengamankan saham, yakni menjamin pasokan mineral penting di masa depan, daripada membeli langsung dan kemudian mengoperasikan aset.
Kemudian, untuk perusahaan pertambangan yang mencari dana, tindakan keras pemerintah AS dan Kanada baru-baru ini, terhadap investasi China di perusahaan logam utama telah mengubah lanskap investasi.
Hal ini kemudian memberikan kesempatan bagi negara-negara Timur Tengah seperti Arab Saudi, yang datang untuk mengisi kekosongan tersebut.
"Semuanya berubah," ucap pembangun tambang berulang Robert Friedland dalam wawancara dengan Bloomberg bulan lalu.
Sebagai catatan, Friedland dalam beberapa tahun terakhir telah mengembangkan salah satu operasi tembaga terbesar di dunia, di Republik Demokratik Kongo, dengan bantuan dana dari China.
“Sekarang, mungkin pasokan modal terbesar ke industri pertambangan akan datang dari Timur Tengah,” jelasnya.