Bisnis.com, JAKARTA - Indonesian Petroleum Association (IPA) mengungkapkan bahwa kendala kelangkaan dan naiknya harga sewa alat pengeboran sumur migas atau rig yang dialami industri hulu migas saat ini merupakan imbas dari pandemi Covid-19.
Vice President IPA Ronald Gunawan mengatakan bahwa saat pandemi, kegiatan dari pengeboran migas turun drastis sehingga banyak rig darat maupun laut dalam kondisi cold stack atau menganggur.
"Waktu itu oil price crash banyak perusahaan setop drilling, jadi rig itu tidak terpakai, yang punya rig membawa masuk ke dalam yard," kata Ronald saat konferensi pers di ‘Road To IPA’, Kamis (20/7/2023).
Namun, setelah pandemi mulai terkontrol dan kegiatan pengeboran hulu migas kembali menggeliat, Ronald menyebut bahwa hal tersebut tidak dibarengi dengan pengadaan rig yang masif.
Ronald menjelaskan bahwa dalam pemesanan rig tidak bisa langsung dipenuhi dalam 1 atau 2 bulan. Pemesanan rig perlu membutuhkan waktu sekitar 3 sampai 4 bulan. Akibatnya, pasokan dan permintaan rig menjadi masalah, tak hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh negara.
Lebih lanjut, dia menuturkan, kelangkaan rig menyebabkan harga sewa menjadi naik. Kenaikan harga ini sangat terasa untuk pengeboran lepas pantai. Menurutnya, permintaan rig lepas pantai sangat besar terutama dari negara Timur Tengah.
Baca Juga
"Kalau kita cari sekarang itu susah karena rig-nya terbatas dan di Middle East, di Arab Saudi, UEA, itu kan mereka lagi butuh banyak rig jadi marketnya tinggi, otomatis supply-nya, harganya tinggi," ujarnya.
Sebelumnya, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat realisasi investasi di sektor hulu migas sepanjang semester I/2023 baru mencapai US$5,7 miliar atau sekitar Rp85,46 triliun (asumsi kurs Rp14.994 per US$).
Wakil Kepala SKK Migas Nanang Abdul Manaf mengatakan bahwa realisasi investasi semester I/2023 tersebut masih berada di bawah target semester I/2023 yang dipatok US$7,4 miliar.
“Namun, dari sisi ini investasi dibanding tahun lalu ada peningkatan 21,3 persen, dibandingkan target semester ini 77 persen,” kata Nanang dalam konferensi kinerja industri hulu migas semester I/2023, Selasa (18/7/2023).
Adapun, target investasi hulu migas sampai dengan akhir tahun ini dipatok mencapai US$15,5 miliar atau naik 28 persen dibandingkan realisasi 2022. Dengan demikian, capaian realisasi investasi hulu migas sampai dengan semester I/2023 baru mencapai 36,7 persen dari target sepanjang 2023.
Menurut Nanang, masih rendahnya realisasi investasi disebabkan adanya kendala pengeboran sumur karena safety stand-down, ketersediaan rig untuk pengeboran, dan tenaga kerja. Selain itu, terdapat beberapa proyek yang belum onstream.