Bisnis.com, JAKARTA — Ahli Ekonomi Energi dan Perminyakan Universitas Trisakti dan juga pendiri ReforMiner Institute, Pri Agung Rakhmanto, meminta pemerintah untuk mengevaluasi kembali rencana pengeboran sumur pengembangan yang terbilang masif tahun ini.
Pri mengatakan evaluasi itu berkaitan dengan kondisi kelangkaan menara bor atau rig yang saat ini dialami sebagian besar Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) tahun ini.
“Perlu ada evaluasi banyaknya sumur yang dibor ini dihubungkan dengan berapa produksi yang bisa dihasilkan sehingga ini hubungannya dengan manajemen,” kata Pri saat dihubungi, Senin (13/3/2023).
Pri berpendapat pengeboran intensif di suatu wilayah kerja itu seringkali tidak berkorelasi dengan raihan produksi yang bisa diambil. Alasannya, suatu lapangan memiliki kapasitas optimal tertentu untuk dapat berproduksi.
“Misalkan lapangan itu sudah dikembangkan sebanyak 10 sumur, lalu di situ yang optimal hanya 4 sumur lagi, lapangan itu tidak akan optimal kalau ditambah 10 sumur lagi karena akan berebut di dalam produksinya,” tuturnya.
Dengan demikian, dia menambahkan, evaluasi rencana pengeboran yang masif saat ini bakal membantu pemerintah untuk mengefisienkan sejumlah infrastruktur pengeboran termasuk rig.
Baca Juga
“Supaya optimal, hubungannya nanti ke efisiensi dan pengadaan pasokan penunjangnnya seperti rig,” ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, SKK Migas melaporkan tingginya permintaan rig untuk keperluan pengeboran lapangan Migas tahun ini.
Lewat persetujuan work program & budget (WP&B) 2023, Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) berkomitmen untuk melakukan pengeboran di 991 sumur tahun ini atau naik 158 persen dari rencana 2022 di angka 790 sumur.
Dari target tersebut, sekitar 60 persen sumur pengembangan itu dilakukan di Blok Rokan, Riau. Adapun, rencana workover dan well service pada tahun ini ditargetkan masing-masing sebanyak 813 kegiatan dan 33.181 kegiatan.
“Untuk memenuhi rencana pengeboran sebanyak 919 sumur di 2023 membutuhkan 110 rig, di mana 88 rig sudah diselesaikan kontraknya dan 24 rig masih proses pengadaan,” kata Wakil Kepala SKK Migas Nanang Abdung Manaf saat dikonfirmasi, Senin (13/3/2023).
Meski ada permintaan yang ketat dari KKKS, Nanang mengatakan, lembaganya berupaya menjaga ketersediaan rig untuk menyelesaikan rencana pengeboran yang masif tahun ini.
“Untuk semester 1 hampir semua rig yang dibutuhkan sudah ditandatangani kontraknya, 77 rig sudah berkontrak dan 6 proses pengadaan,” jelasnya.
Di sisi lain, SKK Migas melaporkan sudah melakukan tajak sumur pengambangan sebanyak 133 sumur hingga 13 Maret 2023 ini.