Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen mengatakan risiko perlambatan ekonomi China menyebabkan efek riak di seluruh ekonomi global, namun tidak akan menyebabkan resesi di AS.
Yellen dalam wawancaranya dengan Bloomberg Television, Senin (17/7/2023) memberikan tanggapan mengenai pelemahan ekonomi China yang tidak sesuai dengan harapan.
"Banyak negara bergantung pada pertumbuhan China yang kuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi mereka sendiri, terutama negara-negara di Asia - dan pertumbuhan yang lambat di China dapat memiliki dampak negatif bagi Amerika Serikat," jelasnya.
Sedangkan, Yellen mengatakan bahwa pertumbuhan AS telah melambat. Namun, pasar tenaga kerja AS tetap kuat sehingga Yellen tidak mengharapkan resesi.
Yellen juga berpendapat bahwa perekonomian AS berada di jalur yang baik untuk menurunkan inflasi tanpa pelemahan pasar tenaga kerja.
Dalam laporan indeks harga konsumen minggu lalu, Yellen mengatakan bahwa laporan tersebut cukup menggembirakan. IHK inti yang tak termasuk makanan dan energi naik 0,2 persen pada Juni 2023 dibandingkan bulan sebelumnya.
Baca Juga
Kemudian, inflasi utama AS pada Juni 2023 sebesar 3 persen, turun jauh dari puncak di tahun lalu yang berada di atas 9 persen.
“Pertumbuhan upah moderat dan inflasi mereda.” jelas Yellen.
Beralih ke China, Menteri Keuangan menyoroti belanja konsumen yang "relatif lemah". Berdasarkan laporan Senin (17/7) menunjukan bahwa PDB China naik kurang dari 1 persen dari kuartal I/2023. Penjualan ritel untuk Juni 2023 naik namun tidak sesuai dengan perkiraan.
Menanggapi hal tersebut, Yellen berpendapat bahwa konsumen China lebih fokus untuk membangun kembali tabungan mereka.