Bisnis.com, JAKARTA – Maskapai penerbangan Sriwijaya Air mengumumkan rencana untuk melakukan penawaran perdana atau initial public offering (IPO) di lantai bursa. Langkah tersebut diperkirakan dapat memperkuat struktur permodalan Sriwijaya Air.
Pemerhati penerbangan Alvin Lie mengatakan IPO merupakan salah satu strategi yang dapat diambil sebuah maskapai untuk memperkuat struktur permodalan. Menurutnya, kehadiran pemilik saham yang lebih banyak akan berimplikasi pada perubahan sistem manajemen.
“Selain itu pengawasan terhadap corporate governance juga tentunya akan lebih professional,” kata Alvin saat dihubungi, Jumat (14/7/2023).
Alvin melanjutkan kesepakatan perdamaian pada PKPU merupakan indikasi kepercayaan para lessor dan kreditur terhadap Sriwijaya Air. Dia mengatakan kreditur masih percaya terhadap prospek Sriwijaya Air jika dibenahi secara sistematik.
Konsekuensi perdamaian ini, kata Alvin, adalah pihak owner dan manajemen Sriwijaya Air harus segera melaksanakan komitmen-komitmen pembenahan manajemen, pemasaran, dan permodalan.
”Di samping itu, perdamaian PKPU ini juga mengindikasikan bahwa industri transportasi udara Indonesia masih memiliki prospek yang cerah di masa depan,” kata Alvin.
Baca Juga
Lead Restructuring Counsel dan Kuasa Hukum Sriwijaya Air, Hamonangan Syahdan Hutabarat menuturkan rencana IPO tersebut sudah tercatat dalam proposal perdamaian PKPU yang diketahui oleh para kreditur.
Adapun para krediturnya menyetujui debitur untuk restrukturisasi utangnya senilai Rp7,3 triliun.
Dalam proposal perdamaian PKPU tersebut, lanjutnya, bakal ada mitra strategis baru Sriwijaya Air dengan masuknya investor hingga pendanaan.
"Memang niatan dari awal Sriwijaya Air harus lebih baik dari sebelum PKPU. Jadi, langit ini mau dipenuhi sama biru putih merah lagi. Salah satu rencana bisnis adalah adanya IPO," katanya dalam keterangan resmi, Jumat (14/7/2023).
Sebagai informasi, persidangan PKPU Sriwijaya Air di Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (12/7/2023) berakhir damai. Sebanyak 100 persen kreditur separatis sepakat menyetujui rencana perdamaian, sementara kreditur konkuren yang sepakat sebanyak 92 persen.
Para kreditur menyepakati tenggat waktu penyelesaian utang Sriwijaya Air dilakukan selama delapan tahun hingga maksimal 15 tahun.