Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan defisit APBN pada akhir 2023 akan mencapai 2,28 persen, lebih rendah dari target APBN sebesar 2,84 persen.
Sementara itu, keseimbangan primer pada akhir 2023 diperkirakan defisit sebesar Rp 49 triliun, juga lebih rendah dari target APBN yang defisit Rp156,8 triliun.
“Outlook defisit di 2,28 persen dari PDB [pada akhir 2023] dengan defisit keseimbangan primer yang nyaris mendekati balance Rp49 triliun. Di target APBN, keseimbangan primer awal ditargetkan defisit Rp156,8 triliun,” katanya dalam rapat kerja bersama dengan Badan Anggaran DPR RI, Senin (10/7/2023).
Sri Mulyani menjelaskan, perkiraan defisit yang lebih kecil tersebut didorong oleh outlook pendapatan negara yang mencapai Rp2.637,2 triliun, lebih tinggi Rp174,2 triliun atau mencapai 107,1 persen dari target APBN.
Jika dirincikan, penerimaan perpajakan hingga akhir 2023 diperkirakan mencapai Rp2.118,3 triliun, dengan penerimaan pajak mencapai Rp1.818,2 triliun atau 105,8 persen dari target dan perkiraan kepabeanan & cukai sebesar Rp300,1 triliun atau 99 persen dari target APBN.
Sejalan dengan itu, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) pada akhir 2023 diperkirakan mencapai Rp515,8 triliun atau 116,9 dari target, serta hibah diperkirakan mencapai Rp3,1 triliun.
Baca Juga
Adapun, Sri Mulyani memperkirakan belanja negara pada akhir 2023 akan terealisasi sebesar Rp3.123,7 triliun atau mencapai 102,0 persen dari target APBN.
Dari jumlah tersebut, belanja pemerintah pusat diperkirakan terealisasi sebesar Rp2.298,2 triliun atau 102,3 persen dari target, serta transfer ke daerah diperkirakan terealisasi Rp825,4 triliun atau 101,3 persen dari target.