Bisnis.com, JAKARTA – PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya, PT Trans-Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) akan fokus pada pengembangan portofolio produk petrokimia, lewat penyaluran bahan baku Orthoxylene di fasilitas kilang miliknya yang beroperasi di Tuban, Jawa Timur.
Orthoxylene sendiri merupakan produk derivatif petrokimia yang dianggap memiliki prospek keuntungan dan keberlanjutan yang menjanjikan. Orthoxylene adalah salah satu produk dari unit 211 aromatic fraksionasi tanpa mengurangi produk Paraxylene.
Direktur Utama PT Pertamina Petrochemical Trading, Deni Febrianto menuturkan produk Orthoxylene yang diproduksi dalam negeri itu sudah mulai disalurkan pada akhir Juni 2023 lalu. Produk tersebut disalurkan kepada konsumen strategis domestik produk Orthoxylene, PT Petrowidada.
Perseroan menargetkan agar bisa menyalurkan bahan baku Orthoxylene sebesar 30.000 MT sampai 40.000 MT pada Semester II/2023 ini kepada PT Petrowidada. Pasalnya, kapasitas produksi pabrik perseroan telah mencapai 50.000 ton per tahun.
“Dengan ketersediaan produk Orthoxylene dalam negeri, Petrowidada akan lepas dari ketergantungan suplai impor, dan akan turut meningkatkan nilai tambah produk derivatifnya sehingga berdampak positif baik bagi Petrowidada, juga konsumen akhir Phthalic Anhydride [PA] mereka,” terangnya melalui keterangan resmi, Senin (3/7/2023).
Komisaris Utama PT Petrowidada, Bindra Setya Utama yang hadir dalam acara peresmian pengapalan perdana produk Orthoxylene menyambut baik pasokan bahan baku domestik yang diproduksi Pertamina ini. Dengan hilirisasi ini, dia berharap ketahanan industri kimia lokal semakin kompetitif.
Baca Juga
“Dengan begini kan impor menurun, TKDN meningkat, yang sejalan dengan agenda Kementerian Perindustrian,” ujarnya.
Adapun PT Petrowidada merupakan perusahaan yang bergerak di industri kimia yang sudah melakukan produksi sejak tahun 1985. Manajemen Perusahaan ini dikendalikan sepenuhnya oleh pemegang saham baru, yaitu Eber Petrochemical Limited sejak akhir Juli 2021. PT Petrowidada memiliki kapasitas produksi mencapai 70.000 MT per tahun. Menurut Bindra, kapasitas produksi dari Petrowidada ini sudah mencukupi sebagian besar kebutuhan nasional.
Selain itu, PT Petrowidada juga menjadi satu-satunya penghasil bahan kimia Phthalic Anhydride di Indonesia. Sehingga, tantangan banjirnya produk PA impor dari negara lain menjadi tantangan terbesar bagi perusahaan yang berada di bawah manajemen Eber Petrochemical Limited ini.
“Kami berkomitmen melakukan sinergi dan kolaborasi agar ketahanan industri lokal di Nusantara dapat berdiri sendiri tanpa ketergantungan dengan impor. Sehingga kami berharap pemerintah mampu mengendalikan dan menekan produk impor agar keberlangsungan industri di Nusantara dapat berdikari atau tidak bergantung dengan impor,” imbuh Bindra.
Peneliti di Alpha Research Database Indonesia, Ferdy Hasiman menilai langkah Pertamina yang mulai memproduksi Orthoxylene merupakan langkah progresif yang patut didukung. Ferdy melihat kebijakan ini sebagai langkah awal manajemen Pertamina yang mulai berpikir melakukan hilirisasi di sektor Petrokimia.
“Ini menurut saya merupakan langkah yang progresif dan ini sebenarnya yang ditunggu-tunggu. Artinya manajemen Pertamina sudah mulai membangun sektor hilir lebih jauh. Jadi selama ini kan Pertamina sudah membangun kilang, dan salah satunya untuk plastik ini,” katanya.
Menurutnya, industri dalam negeri akan semakin kuat kalau industri kimia kita menjadi stabil. Ini langkah yang bagus dari Pertamina, jadi mereka bukan hanya pemain di sektor hulu atau hilir di bidang kilang, tetapi juga masuk dalam bisnis Petrokimia,” katanya.
Ferdy menambahkan, masuk ke sektor industri Petrokimia bisa mendatangkan profit yang lebih besar bagi Pertamina dalam kurun waktu 5-10 tahun mendatang. Pertamina, kata dia, sudah selayaknya memikirkan sektor bisnis yang lebih stabil dan menjanjikan ke depan, salah satunya pada sektor Petrokimia. Pasalnya industri minyak yang selama ini menjadi core business Pertamina lambat laun akan berkurang, terlebih dengan adanya pergeseran ke arah industri yang ramah lingkungan.
Di satu sisi, Ferdy melihat industri Petrokimia cukup menjanjikan karena belum banyak pemain yang terlibat. Ia juga menilai, hilirisasi industri Petrokimia tidak akan mendapatkan resistensi seperti hilirisasi di sektor tambang seperti Nikel atau Batubara.