Bisnis.com, JAKARTA – Melambatnya perekonomian China dalam beberapa bulan terakhir diakui oleh Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo tidak sesuai dengan perkiraan.
Perry mengatakan perlambatan ekonomi China terlihat dari turunnya Purchasing Managers' Index (PMI) sektor manufaktur negeri Tirai Bambu, yang bertengger di level 48,8 pada Mei 2023. Nilai ini turun tipis jika dibandingkan PMI April 2023 yang berada di posisi 49,2.
Padahal, PMI manufaktur China sempat bercokol di level 50 pada Maret dan 51,6 per Februari 2023. Sebagaimana diketahui, angka PMI di atas 50 menunjukkan pertumbuhan dan di bawah 50 mengindikasikan perlambatan.
“Terkait China, kami meyakini pembukaan kembali restriksi mobilitas akan cepat mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun, ternyata pola pertumbuhanan ekonomi di China tidak seperti yang diperkirakan,” ujar Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Kamis (22/6/2023).
Menurut Perry, kondisi tersebut merupakan dampak dari memburuknya hubungan dagang dengan Amerika Serikat (AS), yang akhirnya membuat kinerja ekspor China melambat.
Selain itu, melonjaknya mobilitas masyarakat usai kebijakan restriksi dicabut rupanya tidak serta-merta mendorong pertumbuhan ekonomi China dari sisi permintaan. Dua faktor ini, kata Perry, menjadi alasan pemulihan tidak berjalan sesuai perkiraan.
Baca Juga
“Pemulihan ekonomi yang tidak berjalan cepat, sementara inflasi rendah, telah membuat PBOC [People's Bank of China] mengendurkan moneternya, menambah likuiditas, dan menurunkan suku bunga. Itu yang terjadi,” kata Perry.
Keputusan bank sentral China yang memangkas suku bunga jangka menengah pada Kamis (15/6) telah menegaskan bahwa aktivitas ekonomi negeri Tirai Bambu ini tengah melemah.
Berdasarkan laporan Bloomberg, pemangkasan suku bunga oleh PBOC merupakan langkah untuk mengantisipasi pelemahan ekonomi, penurunan investasi bisnis, dan rekor pengangguran tertinggi di kalangan anak muda China.
Kondisi tersebut lantas membuat sejumlah lembaga think tank ekonomi global, seperti JP Morgan hingga UBS Group AD memangkas proyeksi ekonomi China.