Bisnis.com, JAKARTA - Pasar saham Amerika Serikat bereaksi negatif sesaat setelah bank sentral negara itu, The Federal Reserve (The Fed) merilis pernyataan mempertahankan suku bunga acuan pada rapat dewan gubernur hari ini.
Bloomberg melaporkan pada Kamis dini hari (15/6/2023) waktu Indonesia, S&P 500 menghentikan kenaikan empat hari terakhir dan turun 0,6 persen pada 14.19 waktu setempat, sementara Dow Jones Industrial Average turun lebih dari 1 persen.
Selain itu imbal hasil US Treasury tenor 2 tahun, yang lebih sensitif terhadap langkah Fed, naik sembilan basis poin menjadi 4,75 persen. Kondisi anomali saat The Fed memutuskan menahan suku bunga acuan pada level 5 sampai dengan 5,25 persen.
Reaksi pasar uang ini karena terdapat pernyataan dari bank sentral masih terbukanya kemungkinan kenaikan suku bunga acuan dalam beberapa pertemuan berikutnya pada tahun ini.
“Inilah yang harus dilakukan The Fed, pengangguran tidak meningkat sebanyak yang mereka kira [sebagai dampak negatif menaikkan suku bunga acuan]. Inflasi masih kuat [di atas target The Fed]. Pertumbuhan kuat dan momentum di belakangnya menguntungkan. Apa yang Anda harapkan dari mereka? [untuk tidak menaikkan bunga acuan]," tulis Neil Dutta di Renaissance Macro Research seperti dikutip dari Bloomberg.
Dalam pernyataan tertulisnya bertanggal 14 Juni 2023 waktu AS, The Fed menyebut sistem perbankan AS dalam kondisi sehat dan tangguh. Meski demikian penyaluran kredit untuk aktivitas ekonomi masih ketat. Terutama dibebani ketersediaan lapangan pekerjaan hingga inflasi.
Baca Juga
"Komite berusaha untuk mencapai lapangan pekerjaan maksimum dan tingkat inflasi 2 persen dalam jangka panjang," tulis The Fed sebagai alasan mempertahankan suku bunga acuan.
Disebutkan juga, The Fed berkomitmen untuk terus mengurangi kepemilikan atas US Treasury dan obligasi seperti yang telah disampaikan dalam rencana yang diumumkan sebelumnya. "Komite sangat berkomitmen untuk mengembalikan inflasi ke target 2 persennya," tertulis lebih lanjut.