Bisnis.com, JAKARTA -- Konsensus para investor pasar uang bergeser kepada pertemuan The Fed untuk periode September 2023 mendatang seiring inflasi yang lebih rendah dari ekspektasi namun masih di atas target bank sentral Amerika Serikat itu.
Dilansir oleh Bloomberg, Rabu (14/6/2023), para pialang ini meyakini rapat dewan gubernur Bank Sentral Amerika pada hari ini tidak akan menaikkan suku bunga acuan. Keyakinan ini setelah rilis inflasi dari pemerintah yang menunjukkan pada periode Mei 2023 hanya bertengger pada level 4 persen (year on year). Angka ini di bawah ekspektasi pasar sebesar 4,1 persen dan menjadi yang terendah dalam 2 tahun terakhir.
Meski demikian, inflasi Mei 2023 di AS ini masih jauh di atas target bank sentral yang menetapkan inflasi negara Paman Sam itu 2 persen.
Dalam kalkulasi Bloomberg, pada pertemuan hari ini, yang diumumkan dini hari nanti waktu Indonesia, The Fed akan mempertahankan suku bunga acuan pada level 5 persen - 5,25 persen. Selanjutnya dalam kontrak swap periode Juli 2023, para pedagang valas ini mematok acuan 5,26 persen. Sedangkan pada September 5,27 persen. Tidak jauh berbeda dengan suku bunga dari The Fed saat ini.
Kondisi ini menunjukkan para manajer investasi lebih meyakini terjadi kenaikan suku bunga acuan pada September 2023 mendatang guna meredam inflasi. Hipotesis yang berlawanan di mana sebagian manajer investasi menyebut akan ada penurunan suku bunga acuan juga terpatahkan. Pasalnya saat ini inflasi AS masih di atas target yang dirancang bank sentral.
Ramalan akan suku bunga acuan ini membuat surat utang AS (US Treasury) terus mendaki menawarkan imbal hasil tertinggi sejak Maret 2023.
Baca Juga
"Artinya The Fed memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan [agar inflasi turun namun tidak mengerek bunga acuan]," kata Gregory Faranello, Head of US Rates Trading and Strategy for AmeriVet Securities.