Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pangan Nasional (Bapanas) menepis anggapan bahwa pemerintah tidak berupaya untuk mengintervensi harga telur di tingkat konsumen yang saat ini terus mengalami kenaikan.
Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, menyatakan bahwa pemerintah terus berupaya menjaga keseimbangan dan harga yang wajar di tingkat peternak, pedagang, dan konsumen.
Dia menuturkan jika harga terlalu tinggi di hilir, pemerintah akan melakukan pengecekan terkait penyebabnya. Dia mengatakan, dinamika harga telur ayam ini harus dilihat dari berbagai sisi atau komprehensif.
“Pemerintah menjaga sebaik mungkin harga wajar di tingkat peternak/petani, pedagang sampai dengan konsumen,” kata Arief kepada Bisnis, Minggu (4/6/2023).
Arief menuturkan, apabila harga telur saat ini Rp30.000 per kilogram masih dalam batas wajar. Sebab, harga produksi peternak pun saat ini mengalami kenaikan khususnya jagung. Dengan demikian, harga telur saat ini tidak mungkin lagi berada di kisaran Rp23.000-Rp24.000 per kg.
“[Harga] BBM naik, pakan naik, pupuk untuk jagung naik, nggak bisa. Kita jangan egois di hilir tetapi hulunya dimatikan,” ujarnya.
Baca Juga
Melansir Panel Harga Badan Pangan Nasional, harga telur ayam secara rata-rata nasional sudah Rp 30.770 per kg atau naik Rp310 dibanding pekan lalu.
Lebih lanjut, Arief mengungkapkan teranyar pihaknya pun telah membantu distribusi jagung dari Jawa Tengah ke peternak mandiri di Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah sebesar 13 ton.
Sebelumnya, Bapanas juga telah memfasilitasi distribusi jagung dari Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Selatan ke wilayah produsen telur di Jateng, Jatim, dan Lampung yang saat ini telah mencapai 1.100 ton.
“Apabila kewajaran harga di peternak tidak dijaga bisa berdampak pada menurunnya jumlah peternak, akan banyak peternak mandiri kecil yang tidak berproduksi. Hal ini berujung pada menurunnya produksi telur nasional,” tuturnya.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Paguyuban Peternak Rakyat Nasional (PPRN), Blitar Rofi Yasifun mengatakan, kenaikan harga telur salah satunya disebabkan permintaan yang naik.
Dia berpendapat, harga telur di tingkat konsumen Rp30.000 per kg merupakan harga yang wajar. Hal ini tidak terlepas dari biaya produksi saat ini yang juga lebih tinggi dari sebelumnya.
“Sekarang biaya produksi juga sudah berbeda menjadi tinggi, sehingga harga telur di konsumen sekitar Rp29.000 sampai dengan Rp30.000 per kg adalah wajar,” ujarnya, Minggu (4/6/2023).
Rofi mengakui, pemerintah telah melakukan upaya yang tepat dalam menjaga keseimbangan harga telur. Seperti program bantuan telur dan daging ayam yang tengah berjalan, menurutnya, program yang dijalankan NFA tersebut secara efektif bisa menjaga harga telur tetap stabil.
“Ini bisa membantu meningkatkan demand telur dan daging ayam, sehingga harga akan ada margin dan peternak bisa berproduksi dengan baik, karena harga sering di bawah HPP di kandang/on farm selama ini, apalagi saat pandemi, kami banyak yang gulung tikar,” ungkapnya.
Mengenai kondisi harga telur di tingkat konsumen, dia mengatakan, apabila melihat biaya produksi saat ini, maka hal tersebut merupakan suatu kewajaran dalam rangka pembentukan harga keseimbangan baru.