Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku industri tekstil dan produk tekstil mengaku masih dalam tekanan, seiring permintaan ekspor melesu. Bahkan, kondisi ini akan berlangsung hingga tahun depan.
Banyak pabrik garmen yang telah tumbang akibat penurunan permintaan dari luar negeri ini. Dalam catatan Bisnis pada Selasa (8/11/2022), sebanyak 64.000 tenaga kerja industri tekstil yang beroperasi di Provinsi Jawa Barat dilaporkan terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Selain itu, 18 perusahaan juga dilaporkan tutup.
Pabrik garmen yang tercatat telah tumbang akibat penurunan permintaan dari luar negeri ini berdasarkan catatan Bisnis pada Minggu (21/5/2023) adalah PT Tuntex Garment Indonesia, pabrik tekstil yang memproduksi merek Puma, terpaksa merumahkan 1.163 pekerjanya lantaran tidak sanggup membayar upah.
PT Tuntex diketahui merupakan produsen pakaian dengan nama dagang Puma yang dipasarkan di luar negeri. Namun, dari tahun lalu Tuntex mulai kehilangan pasarnya dengan banyaknya pesanan dibatalkan, hingga kemudian berhenti beroperasi secara total.
Di sisi lain, berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik, kinerja ekspor produk tekstil yang terhimpun dalam kode Harmonized System (HS) 61 Pakaian dan aksesori pakaian, rajutan atau kaitan masih dalam tren positif. Secara nilai, bahkan tercatat mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya.
Dalam data yang dihimpun BPS, pada 2022 tercatat nilai ekspor HS 61 ini sejumlah US$4,6 miliar atau setara dengan Rp69,53 triliun (dengan kurs Rp14.859). Angka ini meningkat 6,52 persen dari ekspor HS 61 pada tahun 2021 yang mencapai US$4,39 miliar atau Rp65,27 triliun.
Baca Juga
Meskipun secara volume ekspor, tercatat terjadi penurunan sebesar 6,21 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2022 lalu RI mengekspor sebanyak 236.709,97 ton produk industri TPT, sedangkan tahun 2021 mengekspor sebanyak 252.403,97 ton produk industri TPT.
Melanjutkan ke tahun sebelumnya, ekspor produk tekstil pada 2021 justru tercatat mengalami kenaikan 31,11 persen secara nilai dan kenaikan 13,7 persen secara volume. Lantaran pada tahun 2020, RI mengekspor tekstil sebanyak 221.838,52 ton dengan nilai US$3,35 miliar atau setara dengan Rp49,78 triliun.
Meskipun mulai memasuki masa pandemi, tetapi kinerja ekspor industri tekstil pada 2020 tersebut terbilang tidak tertekan. Lantaran, jika dibandingkan dengan kinerja ekspor pada tahun 2019, tercatat hanya mengalami penurunan tipis.
Pada 2019, industri tekstil dalam negeri tercatat mengekspor sebanyak 224.296,44 ton produk tekstil, yang berarti ekspor pada tahun 2020 sebanyak 221.838,52 ton mengalami penurunan tipis sebesar 1,09 persen.
Begitu juga jika dilihat secara nilai, ekspor tahun 2020 mengalami penurunan sebesar 10,97 persen dari US$3,76 miliar atau Rp55,92 triliun pada tahun 2019 menjadi US$3,35 miliar atau Rp49,78 triliun pada tahun 2020.
Penurunan ekspor tersebut melanjutkan tren penurunan ekspor setahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan dibandingkan tahun 2019, ekspor pada tahun 2019 juga mengalami penurunan. Secara volume tercatat mengalami penurunan .. persen dari 244.815,32 ton tahun 2018 menjadi 224.296,44 ton pada 2019.
Sementara secara nilai mengalami penurunan sebesar 7,47 persen dari US$4,06 miliar atau setara dengan Rp60,44 triliun pada tahun 2018 menjadi US$3,76 miliar atau Rp55,92 triliun pada 2019.