Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bakal memulai uji coba pasar atau market trial untuk produk bauran bahan bakar minyak (BBM) jenis bensin dengan bioetanol 5 persen (E5) akhir Juni 2023.
Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan uji coba pasar itu dilakukan untuk mengukur kesiapan industri hulu hingga hilir sebelum kebijakan bauran bioetanol berbasis tebu untuk bensin itu efektif.
“Rencananya market trial dulu oleh Pertamina dan saat ini masih dibahas dengan pertamina bersama stakeholder terkait termasuk besaran volumenya,” kata Dadan saat dihubungi, Minggu (21/5/2023).
Dadan menerangkan selama masa uji coba pasar itu, disparitas harga yang mungkin muncul dari harga bensin non subsidi dengan harga indeks pasar (HIP) bioetanol tidak bakal dibantu pemerintah.
“Jadi sifatnya masih market trial dan diharapkan tidak ada alokasi subsidi,” kata dia.
Sementara itu, Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Irto Ginting mengatakan perseroannya bakal mencoba melakukan sejumlah penyesuaian bauran E5 pada setiap jenis bensin untuk mendapat tingkat keekonomian yang sesuai di sisi hulu dan hilir.
Baca Juga
“Dengan peningkatan angka RON yang ada, produk bensin etanol ini akan disesuaikan dengan klasifikasi bensin yang ada dengan target harga yang tetap lebih ekonomis di kelasnya,” kata Irto saat dikonfirmasi.
Sebelumnya, Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) mendorong pemerintah untuk segera mengimplementasikan kebijakan bauran bahan bakar nabati (BBN) bioetanol 5 persen dengan BBM RON 92 atau Pertamax tahun ini.
Anggota Komite BPH Migas Saleh Abdurrahman mengatakan implementasi program E5 itu diharapkan dapat menjadi sinyal positif bagi investasi serta pengembangan bahan baku bioetanol sebagai bahan bakar pendamping Pertamax di tengah momentum transisi energi saat ini.
“Kalau sudah dimulai ini akan memberi sinyal kepada pengusaha untuk mengembangkan program ini,” kata Saleh saat workshop media dikutip Minggu (21/5/2023).
Pencampuran bioetanol sejatinya telah diujicoba dengan kandungan 2 persen (E2) di Jawa Timur pada 2018, namun hasil menunjukan harga BBM campuran bioetanol masih sedikit di atas harga BBM non penugasan.
Namun, dengan meningkatnya harga BBM dan pentingnya upaya peningkatan ketahanan energi, kebijakan BBM campuran bioetanol kembali menjadi isu strategis belakangan ini.
Di sisi lain, kapasitas produksi bioetanol fuel grade baru mencapai 40.000 kiloliter (KL) per tahun.
Kemampuan itu masih terbilang jauh dari kebutuhan 696.000 KL untuk implementasi bauran etanol dengan BBM jenis bensin pada tahap awal di Jawa Timur dan Jakarta.