Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertamax Bakal Dicampur Bioetanol, Pertamina: RON Bisa di Atas 92

Pertamina masih mempelajari potensi kenaikan harga dari Pertamax hasil bauran dengan bioetanol.
Petugas mengisi bahan bakar minyak (BBM) ke mobil, di Bandung, Jawa Barat, Rabu (1/7/2015)./JIBI-Rachman
Petugas mengisi bahan bakar minyak (BBM) ke mobil, di Bandung, Jawa Barat, Rabu (1/7/2015)./JIBI-Rachman

Bisnis.com, JAKARTA — Sub Holding Commercial & Trading PT Pertamina (Persero), Pertamina Patra Niaga memproyeksikan kualitas Research Octane Number (RON) 92 atau Pertamax bakal ikut terkerek naik setelah dicampurkan dengan bahan bakar nabati (BBN) bioetanol.

Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting, menerangkan naiknya kadar oktan Pertamax diharapkan dapat menyajikan BBM dengan kualitas lebih baik kepada masyarakat. 

“Yang jelas setelah dicampur dia [Pertamax] bisa naik di atas RON 92,” kata Irto saat ditemui di Jakarta, Selasa (28/2/2023). 

Kendati demikian, Irto mengatakan, perseroannya masih mempelajari potensi kenaikan harga dari Pertamax hasil bauran dengan BBN bioetanol tersebut. 

“Itu yang akan dibicarakan berapa jualnya dari mereka kita sebagai offtakernya, bagaiamana kalau dicampur jadi berapa harga Pertamax,” kata dia. 

Seperti diberitakan sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berencana untuk mencampurkan BBN bioetanol dengan Pertamax. 

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Dadan Kusdiana, mengatakan keputusan itu diambil lantaran harga pembentuk Pertamax yang berada di level yang sama dengan bioetanol. 

“Kalau dicampur di Pertalite kan secara harga pantauan kita Pertalite kan lebih murah ya, kan pertalite itu harganya Rp10.000 kalau bioetanol itu di angka Rp12.000 sampai Rp13.000,” kata Dadan saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (20/2/2023).  

Rencana awal pencampuran bioetanol dengan porsi 5 persen dengan BBM RON 90 atau Pertalite dinilai bakal ikut mengerek keekonomian bensin subsidi tersebut.  

“Jadi kalau dicampur Pertalite berarti kan nanti ada komponen harga tambahan yang harus dicari cara penyelesaiannya. Sehingga sekarang kita melihatnya ke Pertamax,” tuturnya. 

Dia berharap peralihan pencampuran bioetanol dengan Pertamax itu dapat mempercepat implementasi program bauran E5 tersebut. Nantinya porsi Pertamax akan mencapai 95 persen pada tahap implementasi awal E5 yang ditarget efektif semester pertama 2023.

“Supaya implementasinya lebih cepat,” ujarnya.

Kementerian BUMN menargetkan implementasi program E5 dapat terlaksana pada paruh pertama tahun ini. Penyaluran perdana direncanakan berlangsung di pom bensin khusus di Kawasan Surabaya yang berdekatan dengan produsen bioetanol.

Menteri BUMN, Erick Thohir, mengatakan distribusi bioetanol membutuhkan proses logistik yang cenderung kompleks jika dibandingkan dengan bahan bakar berbasis fosil. Alasannya, bioetanol cepat busuk lantaran berasal dari batangan tebu. 

“Bahan bakar ini tidak bisa terlalu jauh dari pom bensinya atau lokasi pengisiannya karena itu bisa busuk,” kata Erick saat rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI, Senin (13/2/2023). 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper