Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Negosiasi Blok Masela Alot, Menteri ESDM Sindir Shell Tak Fleksibel

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengungkapkan negosiasi Pertamina dan Shell di Blok Masela berjalan alot.
Platform migas lepas pantai. Istimewa/SKK Migas
Platform migas lepas pantai. Istimewa/SKK Migas

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkapkan bahwa negosiasi antara konsorsium PT Pertamina (Persero) dengan Shell dalam akuisisi hak partisipasi Shell di Blok Masela berjalan cukup alot.

Arifin menuturkan, Shell telah mendapatkan banyak manfaat selama beroperasi di Indonesia. Untuk itu, menurutnya, Shell seharusnya dapat lebih fleksibel dalam mengakomodasi kepentingan Indonesia.

"Masih dalam proses negosiasi ya, agak alot karena Shell itu ya mestinya dia lebih ngerti karena sejarahnya Shell di Indonesia sudah berapa lama ya. Dia manfaatnya udah banyak. Sejak dulu Shell kan ada, makanya ini untuk kepentingan Indonesia dia nggak mau fleksibel," ujar Arifin, Jumat (19/5/2023).

Adapun, Pertamina dilaporkan menggandeng raksasa migas Malaysia, Petroliam Nasional Berhad atau Petronas, untuk mengakuisisi 35 persen hak partisipasi Shell di Blok Masela.

Menurut Arifin, masuknya Pertamina ke Blok Masela diperlukan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber-sumber gas bumi potensial guna mendukung proses transisi energi di dalam negeri.

Blok Masela merupakan salah satu prospek ladang migas terbesar di Indonesia. Produksinya diestimasikan dapat mencapai 1.600 juta kaki kubik per hari (MMscfd) gas atau setara 9,5 juta ton LNG per tahun (mtpa) dan gas pipa 150 MMscfd, serta 35.000 barel kondensat per hari (bcpd).

Arifin mengaku bahwa selama ini hak partisipasi Shell di Blok Masela sudah banyak ditawarkan ke investor global, tetapi tak menuai hasil. Oleh karena itu, Pertamina sebagai badan usaha milik negara didorong untuk dapat masuk menggantikan Shell.

"Sekarang pemerintah mau mendorong wakil pemerintah untuk bisa masuk mengisi yang selama ini Shell nawarin ke mana-mana kosong," kata Arifin.

Sebelumnya, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto menyebut bahwa negosiasi Pertamina dengan Shell soal harga transasksi 35 persen hak partisipasi di Blok Masela belakangan semakin mengerucut. 

“Gap [harga]-nya sudah semakin kecil,” kata Tjip, sapaan karibnya, saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (15/5/2023) malam.

Tjip berharap transaksi jual beli saham itu dapat menemui titik sepakat bulan depan. Tenggat itu diharapkan tidak memengaruhi target komersial lapangan yang sudah beberapa kali mengalami kemunduran.

“Kita harapkan semester I ini sudah bisa deal lah, negosiasi antara Shell dan Pertamina,” kata dia.

Sementara itu, Tjip enggan untuk menyebut harga yang dipatok Shell untuk 35 persen hak partisipasinya di Blok Masela. Menurut dia, angka itu terlalu sensitif untuk disampaikan di tengah proses negosiasi bisnis ke bisnis masih berlangsung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper