Bisnis.com, JAKARTA — Konsorsium PT Pertamina (Persero) bersama dengan raksasa minyak dan gas (migas) Malaysia, Petroliam Nasional Berhad atau Petronas menargetkan pembelian 35 persen hak partisipasi Shell di Blok Masela rampung pada paruh pertama tahun ini.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengatakan, harga transaksi saham 35 persen hak partisipasi itu belakangan sudah mendekati kata sepakat antara Shell dan konsorsium Pertamina-Petronas. Hanya saja, negosiasi masih berlanjut hingga saat ini.
“Gap [harga]-nya sudah semakin kecil,” kata Tjip, sapaan karibnya, saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (15/5/2023) malam.
Tjip berharap transaksi jual beli saham itu dapat menemui titik sepakat bulan depan. Tenggat itu diharapkan tidak memengaruhi target komersial lapangan yang sudah beberapa kali mengalami kemunduran.
“Kita harapkan semester I ini sudah bisa deal lah, negosiasi antara Shell dan Pertamina,” kata dia.
Sementara itu, Tjip enggan untuk menyebut harga yang dipatok Shell untuk 35 persen hak partisipasinya di Blok Masela. Menurut dia, angka itu terlalu sensitif untuk disampaikan di tengah proses negosiasi bisnis ke bisnis masih berlangsung.
Baca Juga
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Tutuka Ariadji menambahkan bahwa Pertamina memang sempat mengajukan penawaran pembelian saham partisipasi Shell di Blok Masela bulan lalu. Hanya saja, penawaran itu masih belum sampai pada kesepakatan transaksi. Konsekuensinya, negosiasi berkaitan harga jual beli saham masih berlanjut hingga saat ini.
“Masih banyak yang belum bisa dikatakan apa-apa, prosesnya masih panjang. Tahun ini kita targetkan,” kata Tutuka.
Diberitakan sebelumnya, Pertamina disebut perlu menyiapkan anggaran paling sedikit US$1,4 miliar atau setara dengan Rp21 triliun untuk mengakuisisi PI Shell sebesar 35 persen di Blok Abadi Masela.
Berdasarkan data SKK Migas, Shell telah mengucurkan US$875 juta untuk mengakuisisi PI 35 persen di Blok Abadi Masela dan mengucurkan investasi senilai US$700 juta sehingga total dana yang telah dikeluarkan Shell untuk pengembangan lapangan tersebut sudah mencapai US$1,4 miliar.
Di samping itu, Pertamina juga masih harus menyiapkan anggaran senilai US$6,3 miliar untuk modal kerja di Masela dalam 5 tahun ke depan.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan, alokasi belanja modal atau capital expenditure (capex) untuk subholding hulu tahun ini, diarahkan sebagian untuk biaya akuisisi hak partisipasi Shell di proyek LNG Abadi Blok Masela.
Subholding Upstream PT Pertamina (Persero), PT Pertamina Hulu Energi (PHE) menganggarkan capex sebesar US$5,7 miliar atau setara dengan Rp86,26 triliun (kurs Rp15.134 per US$) pada rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) tahun ini.
Besaran belanja modal itu naik 78,12 persen dari realisasi anggaran sepanjang 2022 yang berada di angka US$3,2 miliar atau setara dengan Rp48,47 triliun.
“Iya betul [sebagian investasi Masela],” kata Nicke selepas rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, Jakarta, Selasa (7/2/2023).
Kendati demikian, Nicke enggan menerangkan lebih lanjut ihwal alokasi investasi yang diarahkan untuk pengambilan 35 persen hak pengelolaan yang ingin dilepas Shell di salah satu proyek migas termahal di dunia saat ini.
Seperti diketahui, porsi alokasi belanja modal untuk rencana merger dan akuisisi PHE tercatat naik signifikan ke level US$1,5 miliar atau setara dengan Rp22,7 triliun pada tahun ini. Padahal, realisasi anggaran yang digunakan untuk merger dan akuisisi pada 2021 dan 2022 hanya berada di angka masing-masing US$41 juta dan US$27 juta.
Pengembangan proyek strategis nasional (PSN) senilai US$19,8 miliar itu tidak lagi tersendat karena Inpex sudah mengantongi pembeli untuk produksi gas tersebut, yaitu PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGN). Apalagi, perkembangan pengembangan Lapangan Abadi pada 2021 tercatat sudah mencapai 65 persen.
Di sisi lain, revisi PoD dengan komitmen energi hijau itu juga memiliki posisi strategis untuk meningkatkan nilai tawar rencana divestasi hak partisipasi milik Shell sebesar 35 persen pada Blok Masela tersebut.