Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perdagangan (Kemendag) menilai ekspor yang mengalami penurunan pada April dibading bulan sebelumnya (month to month/mtm) merupakan suatu hal yang wajar. Hal tersebut merespons laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebutkan ekspor Indonesia periode April 2023 turun 17,62 persen dibandingkan Maret 2023.
Kepala Badan Kebijakan Perdagangan (BK Perdag) Kemendag, Kasan mengatakan jika mengacu data perkembangan kinerja ekspor sejak tahun 2018, kinerja ekspor pada bulan Lebaran selalu mengalami penurunan.
“Hal tersebut merupakan pola musiman yang wajar, hal ini akibat adanya libur panjang pada bulan-bulan tersebut. Penurunan impor juga selalu terjadi pada periode Lebaran,” ujar Kasan kepada Bisnis.com, Kamis (18/5/2023).
Kasan menjelaskan Lebaran 2023 terjadi pada April, menyebabkan kinerja ekspor pada April 2023 turun 17,62 persen dan kinerja impor April 2023 turun 25,45 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
Dia menambahkan, jika dilihat pada pola kinerja ekspor impor selama lima tahun terakhir, kinerja ekspor dan impor pada bulan pasca Lebaran selalu mengalami peningkatan. Namun demikian, Kasan mengingatkan bahwa adanya larangan ekspor beberapa jenis bijih/konsentrat mineral logam yang berlaku pada 11 Juni 2023 tentunya akan berdampak pada penurunan ekspor dalam jangka pendek, meskipun diharapkan akan meningkatkan ekspor manufaktur terutama produk logam dalam jangka menengah panjang.
Selain itu, lanjut Kasan, adanya gelombang panas atau El Nino yang berkepanjangan dikhawatirkan akan menurunkan jumlah produksi produk pertanian dan perkebunan. Penurunan produksi produk pertanian, khususnya pangan, berpotensi mempengaruhi kinerja impor Indonesia, yakni meningkatkan impor dalam rangka menjaga ketersediaan dan stabilitas harga pangan di dalam negeri.
Baca Juga
“Adapun penurunan produksi produk perkebunan, berpotensi mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia, mengingat Indonesia mengekspor beberapa produk perkebunan, diantaranya produk sawit, produk kopi, produk kakao, produk karet, produk kelapa, dan rempah-rempah,” ucapnya.
Agar mengantisipasi tren anjloknya ekspor, Kasan mengungkapkan Kemendag akan melakukan strategi peningkatan ekspor serta melakukan pengendalian impor. Pertama, akan meningkatkan ekspor produk bernilai tambah dan berkelanjutan melalui promosi perdagangan, penguatan informasi ekspor, mendorong kebijakan hirilisasi ekspor, dan kebijakan perdagangan hijau.
Selain itu, Kementerian Perdagangan akan mendorong partisipasi Indonesia dalam rantai nilai global melalui penguatan infrastruktur mutu ekspor, fasilitasi UKM produsen dan dukungan fasilitasi perdagangan dalam mendorong investasi terkait hilirisasi.
“Sementara itu, dalam rangka pengendalian impor, Kemendag melakukan pengelolaan impor barang konsumsi untuk meningkatkan ketahanan pangan serta pengelolaan impor barang modal dan bahan baku/penolong yang digunakan di dalam proses produksi untuk tujuan ekspor,” ungkap Kasan.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, nilai ekspor Indonesia pada April 2023 sebesar US$19,29 miliar. Nilai tersebut menyusut jika dibandingkan dengan nilai ekspor April tahun lalu (year on year/yoy) atau Maret 2023 (month to month/mtm). Jika dilihat berdasarkan jenis komoditasnya, nilai ekspor non migas mencapai US$18,03 miliar. Sementara itu, nilai ekspor migas sebesar US$1,26 miliar.
Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik BPS Imam Machdi mengatakan, nilai ekspor nasional pada April 2023 turun 29,40 persen secara yoy. Penurunan ini lebih dalam jika dibandingkan dengan penurunan bulan sebelumnya, yakni sebesar 11,63 persen secara yoy.
"Ekspor migas April 2023 turun 12,18 persen dibandingkan April 2022, untuk non migas April 2023 juga turun 30,35 persen dibandingkan April 2022," kata dia dalam konferensi pers, Senin (15/5/2023).
Sementara itu, jika dilihat secara mtm nilai ekspor RI terkoreksi 17,62 persen. Penurunan terjadi pada ekspor komoditas migas (-5,95 persen) maupun komoditas non migas (-18.33 persen). Menurut Imam, penurunan nilai ekspor secara bulanan disebabkan oleh adanya momentum libur Hari Raya Idulfitri. Berkurangnya hari kerja pada April lalu mengakibatkan penurunan aktivitas ekspor nasional.
"Perkembangan ekspor secara mtm pada April 2023 ini merupakan pola musiman, karena adanya momentum libur Hari Raya Idul Fitri," tuturnya. Jika lebih detail, komoditas-komoditas yang mengalami koreksi bulanan secara signifikan ialah logam mulia atau perhiasan (-52,3 persen), bahan bakar mineral (-12,04 persen), dan minyak hewan nabati (-20,45 persen).