Bisnis.com, JAKARTA - Para analis memperkirakan pertemuan pemimpin keuangan negara-negara G7 dalam pembahasan penerapan kendali terarah terhadap investasi ke China, tidak menghasilkan banyak kemajuan.
Hal ini lantaran negara-negara G7 sulit menanggung risiko lebih lanjut terhadap perekonomian mereka yang rapuh, mengingat Amerika Serikat (AS) menghadapi kebuntuan krisis utangnya.
Setidaknya, ada dua tantangan yang dihadapi yakni tekanan perekonomian China dan rantai pasokan.
Menteri Keuangan AS, Janet Yellen, mengatakan banyak anggota ekonomi G7 memiliki kekhawatiran yang sama dengan AS terkait tekanan ekonomi China terhadap negara lain.
Mengutip dari Reuters (12/5) Jerman semakin waspada terhadap China, sebagai saingan strategis dan telah mempertimbangkan langkah-langkah untuk mengevaluasi kembali hubungan bilateral.
Namun di lain sisi, menunjukkan investasi langsung Jerman di China terus meningkat.
Hal ini berbanding terbalik meskipun pemerintahnya ingin mengurangi risiko dalam hubungan mereka dengan Beijing.
Sementara pertemuan puncak para pemimpin G7 dapat melihat pembahasan penerapan kendali terarah terhadap investasi ke China, sumber pemerintah Jerman juga mengatakan pengawasan terhadap investasi akan ditujukan pada area yang strategis.
Jepang juga bersikap hati-hati terhadap gagasan kendali investasi keluar terhadap China karena dampak besar yang dapat terjadi pada perdagangan global dan ekonomi sendiri.
"Membatasi investasi keluar akan cukup sulit," kata salah satu pejabat, mengutip Reuters (12/5).
Menteri Keuangan Inggris Jeremy Hunt mengatakan kepada surat kabar Nikkei (11/5), G7 harus melawan tekanan ekonomi dari China, meskipun tidak menyebutkan kendali investasi.
Diversifikasi Rantai Pasokan
Inisiatif lain yang akan didukung oleh G7 adalah menciptakan kemitraan dengan negara berpendapatan rendah dan menengah untuk mendiversifikasi rantai pasokan dari negara-negara seperti China.
Namun, para analis skeptis terhadap seberapa efektif langkah-langkah tersebut dalam melawan China.
Kepala ekonom pasar emerging di Institut Penelitian Dai-ichi Life, Toru Nishihama mengatakan menjauhkan diri dari China adalah hal yang sulit.
"Melakukannya dapat memecah perdagangan dunia, merusak pertumbuhan global, dan merugikan ekonomi G7 itu sendiri," lanjutnya, mengutip Reuters (12/5).
Sebagaimana diketahui, Jepang telah mengundang enam negara non-G7, termasuk Brasil, India, dan Indonesia untuk pertemuan outreach, membahas mengenai kemitraan rantai pasokan.
Diperkirakan para pemimpin keuangan G7 akan mengeluarkan pernyataan bersama setelah pertemuan tersebut.
Baca Juga