Bisnis.com, JAKARTA - Inflasi Amerika Serikat yang melandai memberikan ruang bagi bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) untuk melakukan jeda dalam kampanye pengetatan agresif bulan depan.
Departemen Tenaga Kerja pada Rabu (10/5/2023) melaporkan bahwa inflasi tahunan AS mencapai 4,9 persen pada April 2023 (year-on-year/yoy). Turun tipis jika dibandingkan bulan sebelumnya yakni 5 persen pada bulan Maret 2023 (yoy).
Walaupun mengalami penurunan sedikit, diketahui bahwa inflasi bulan April masih jauh dari target The Fed yang sebesar 2 persen.
Presiden The Fed Richmond Thomas Barkin dalam wawancaranya juga mengatakan bahwa data yang dirilis Rabu (10/5/2023) tersebut menunjukan inflasi tetap tinggi.
Kepala Ekonom Ernst and Young (EY) Gregory Daco juga menjelaskan bahwa jika laporan tersebut dibaca dengan cepat, maka ada potensi untuk sedikit mengetatkan kebijakan moneter. Namun, jika dibaca lebih detail, maka lebih mengarah untuk tidak ada perubahan kebijakan.
Ekonom utama AS untuk Bloomberg Economics Anna Wong juga mengatakan The Fed tidak akan menaikan suku bunga mengingat dampak deflasi dari kondisi kredit yang lebih ketat belum sepenuhnya muncul. Namun, Hal tersebut juga bukan berarti The Fed akan menurunkan suku bunga.
Baca Juga
Para pelaku pasar keuangan masih mengharapkan The Fed menurunkan suku bunga dikarenakan khawatir ketatnya kredit yang menyebabkan kegagalan bank.
Sebagaimana diketahui, ketatnya kredit terjadi ketika bank menjadi enggan atau sulit memberikan pinjaman kepada peminjam.
Walaupun inflasi juga telah menjadi faktor utama The Fed menaikan suku bunga yang cepat selama setahun terakhir, kemungkinan besar dampak dari ketatnya kredit dapat mempengaruhi dalam kebijakan suku bunga.
The Fed New York, pada Selasa (11/5), juga mengatakan bahwa akan memantau bagaimana tekanan sektor perbankan mempengaruhi ekonomi AS dan membuka peluang mempertahankan suku bunga bulan depan.
Namun, Williams juga mengatakan bahwa pejabat The Fed akan mengetatkan kebijakan jika diperlukan untuk menurunkan inflasi ke target 2 persen, namun menolak harapan bahwa Fed akan segera menurunkan suku bunga.
Powell mengatakan kepada wartawan setelah keputusan pada 3 Mei bahwa prediksinya adalah pertumbuhan ekonomi AS akan mengalami pertumbuhan moderat tahun ini, bukan resesi.
Namun, Presiden The Fed Chicago Austan Goolsbee menyuarakan nada yang lebih berhati-hati.
"Saya pasti merasakan, seperti yang Anda rasakan, di pasar dan kontak bisnis bahwa krisis kredit, atau setidaknya tekanan kredit, dimulai," kata Goolsbee pada Senin (8/5) saat wawancara dengan Yahoo! Finance.