Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perdagangan (Kemendag) tengah mendalami kasus virus flu babi Afrika yang ditemukan pada babi hidup yang diekspor ke Singapura.
Hal tersebut disampaikan Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Didi Sumedi guna merespons temuan The Singapore Food Agency (SFA) pada April lalu itu.
“Kami sedang mendalami itu. Penemuannya seperti apa dan [kita] akan lakukan cek ke produsen yang ditemukan virus itu,” kata Didi kepada awak media di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta Pusat, Kamis (4/5/2023).
SFA untuk pertama kalinya mendeteksi adanya virus flu babi yang diimpor ke negaranya pada April lalu. Negara itu memutuskan untuk menghentikan impor babi hidup asal Indonesia.
Adapun, pemerintah Kepulauan Riau telah memastikan bahwa babi hidup yang diekspor ke Singapura telah terinfeksi virus flu babi Afrika, usai melakukan uji sampel babi dari peternakan di Pulau Bulan, Batam, Kepulauan Riau.
Pejabat di Provinsi Kepulauan Riau Honismandri menyampaikan, virus itu ditemukan pada bangkai babi pada April 2023 di sebuah rumah potong hewan di Jurong, di mana hewan itu disembelih untuk dimakan.
Baca Juga
“Babi-babi itu kemungkinan telah terinfeksi oleh virus flu babi Afrika jenis baru karena gejala klinis mereka sedikit berbeda dari yang ditemukan pada kasus sebelumnya di Sumatra Utara dan wilayah Indonesia lainnya,” katanya, melansir The Straits Times, Kamis (4/5/2023).
Babi yang terinfeksi disebut-sebut tak mengalami diare atau pendarahan. Hewan ini kemungkinan telah terinfeksi oleh babi hutan atau burung gagak yang bermigrasi dari pulau lain di dekatnya.