Bisnis.com, JAKARTA — PT Timah Tbk. (TINS) mencatat realisasi produksi bijih timah mencapai 4.139 ton pada triwulan pertama 2023. Torehan produksi itu turun 8 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang sempat di level 4.508 ton.
Adapun, produksi logam sepanjang triwulan I/2023 berada di angka 3.970 ton atau turun 18 persen dibandingkan posisi tahun sebelumnya sebesar 4.820 ton. Sementara itu, penjualan logam timah mengalami penurunan yang signifikan 26 persen menjadi 4.246 ton dibandingkan posisi sebelumnya 5.703 ton.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko TINS Fina Eliani mengatakan, dalam kurun waktu itu perseroannya mencatatkan ekspor timah sebesar 93 persen dengan enam negara tujuan, di antaranya Korea Selatan sebesar 17 persen, Belanda 14 persen, Jepang 13 persen, Taiwan 9 persen, Amerika Serikat 8 persen, dan Italia 7 persen.
“Penerapan efisiensi secara berkelanjutan, optimalisasi aset keuangan dan non keuangan serta peningkatan kinerja anak usaha menjadi faktor utama perusahaan untuk menjaga pertumbuhan kinerja tahun 2023 di tengah iklim usaha yang semakin kompetitif,” kata Fina melalui siaran pers, Selasa (2/5/2023).
Dari sisi kinerja keuangan, perseroan berhasil mencatatkan laba sebesar Rp50,3 miliar, melebihi target yang ditentukan pada periode awal tahun ini. Fluktuasi harga komoditas pada kuartal I/2023 yang bergerak volatile dan faktor cuaca yang kurang mendukung operasi penambangan di laut berimbas pada kinerja TINS pada kuartal I/2023.
Perseroan membukukan pendapatan sebesar Rp2,17 triliun pada kuartal I/2023 menurun 50,6 persen dari Rp 4,39 triliun di kuartal I/2022. Penurunan tersebut selaras dengan penurunan harga jual rata-rata logam timah sebesar 39 persen dari US$43.667 per metrik ton pada kuartal I/2022 menjadi US$26.573 per metrik ton pada kuartal I/2023 dan penurunan harga pokok pendapatan sebesar 41,9 persen dari Rp3,28 triliun pada kuartal I/2022 menjadi Rp1,91 triliun pada kuartal I/2023.
Baca Juga
Dengan demikian, pada kuartal I/2023, perseroan mencatatkan laba bruto sebesar Rp263,39 miliar.
Posisi nilai aset perseroan pada kuartal I/2023 sebesar Rp12,86 triliun. Sementara itu, posisi liabilitas sebesar Rp5,81 triliun, turun 3,65 persen dibandingkan posisi akhir 2022 sebesar Rp6,02 triliun dikarenakan berkurangnya interest bearing debt dan beban akrual.
“Posisi ekuitas sebesar Rp7,05 triliun, naik 0,16 persen dibandingkan posisi akhir tahun 2022 sebesar Rp7,04 triliun,” kata Fina.
Adapun, kinerja keuangan perseroan menunjukkan hasil yang baik terlihat dari beberapa rasio diantaranya net profit margin sebesar 2,32 persen dan penurunan debt to equity ratio sebesar 0,37x (2022 : 0,39x).
Di sisi lain, Fina berharap, pemanfaatan teknologi Ausmelt tahun ini dapat menekan biaya produksi dan berkontribusi positif terhadap penerimaan perusahaan mendatang. Seperti diketahui, teknologi ini mampu mengolah bijih timah kadar rendah dan backlog atau persediaan timah setengah jadi.
Sementara itu, potensi eksplorasi tahun ini diperkirakan mencapai 42.000 ton SN, baik di darat dan laut. Prospek tambang timah primer makin cerah dengan potensi cadangan timah primer sebesar 60,5 kTon Sn dari sumber daya timah primer sebesar 161,7 kTon Sn.
“Hal ini tentunya akan menjadi katalis positif peningkatan kinerja TINS 2023,” tuturnya.