Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tekanan Finansial Global, Korea Bakal Lakukan Stress Test Perbankan

Stress test akan membantu regulator dalam melakukan penilaian ketahanan bank dengan membandingkan faktor risiko potensial yang dimiliki dengan perbankan global.
Bendera Korea Selatan/Edarabia
Bendera Korea Selatan/Edarabia

Bisnis.com, JAKARTA - Regulator Korea Selatan berencana melakukan uji ketahanan atau stress test pada industri perbankan yang sejalan dengan standar internasional untuk penguatan stabilitas sistem keuangan.

Dilansir Bloomberg, Senin (24/4/2023), Pengawas Jasa Keuangan Korea dan Bank Sentral Korea (Bank of Korea/BoK) akan berkolaborasi untuk melakukan pengujian berdasarkan pedoman Komite Basel dan Dewan Stabilitas Sistem Keuangan.

Stress test tersebut akan menganalisa kecukupan modal bank-bank domestik serta mengestimasi potensi kerugian dan pengaruh dari lembaga keuangan asing.

Sebagaimana diketahui, banyak negara yang mencermati kondisi perbankan global usai ambruknya beberapa bank regional di Amerika Serikat dan pengambilalihan darurat Credit Suisse Group AG pada bulan lalu.

Stress test ini akan membantu regulator dalam melakukan penilaian ketahanan bank domestik dengan membandingkan faktor risiko potensial yang dimiliki dengan perbankan global.

Sementara itu, ekonomi Korea Selatan diperkirakan mendekati resesi pada awal tahun ini karena pertumbuhan global yang lebih lambat menghambat ekspor dan pelemahan mata uang meningkatkan biaya impor negara tersebut.

Para ekonom merevisi turun ekspektasi pertumbuhan ekonomi Negeri Gingseng kuartal I/2023 dari periode tiga bulan sebelumnya menjadi hanya 0,1 persen.

Angka tersebut turun dari perkiraan 0,3 persen pada survei sebelumnya dan mengikuti kontraksi pada tiga bulan terakhir tahun lalu. Dua kuartal berturut-turut dari kontraksi ekonomi biasanya dilihat sebagai resesi teknis.

"Pada kuartal pertama, terutama di bulan Maret kami melihat melemahnya permintaan dari Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE) selain dari China, jadi di mana-mana permintaan melambat," kata ekonom di Nomura Holdings Inc Jeong Woo Park.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper