Bisnis.com, JAKARTA – Bank Sentral China, People’s Bank of China (PBOC) mengisyaratkan kemungkinan secara bertahap mengurangi stimulus moneter yang diterapkan selama pandemi lantaran ekonomi negara tersebut mulai pulih dan permintaan kredit meningkat.
Kepala Departemen Kebijakan Moneter PBOC Zou Lan mengatakan sebagian besar perangkat struktural ekonomi, yang banyak digunakan oleh bank sentral sejak 2020 untuk menargetkan area ekonomi tertentu, hanya bersifat sementara.
“PBOC akan keluar dari alat struktural ini, yang sebagian besar memiliki periode waktu yang jelas untuk berakhir, sesuai jadwal setelah masalah ekonomi yang relevan ditangani dan tujuan kebijakan tercapai,” kaya Zou Lan, mengutip Bloomberg, Jumat (21/4/2023).
Perluasan alat-alat ekonomi tersebut tahun lalu mendorong neraca PBOC paling tinggi dalam enam tahun, bahkan ketika bank sentral global besar lainnya menyusutkan aset mereka.
"Tahun ini akan menjadi tahun transisi, dengan PBOC secara bertahap mengurangi penggunaan alat strukturalnya, dan memungkinkan pelonggaran moneter konvensional sebelumnya untuk memenuhi permintaan domestik, karena ekonomi dibuka kembali," kata Duncan Wrigley, kepala ekonom China di Pantheon Macroeconomics.
Pergeseran kebijakan moneter itu mungkin sudah terjadi. Data PBOC menunjukkan pertumbuhan perangkat struktural moneter melambat menjadi 5 persen pada kuartal pertama 2023 dari 16 persen pada tiga bulan sebelumnya. Jumlah yang beredar naik sedikit menjadi sekitar 6,8 triliun yuan atau setara US$987 miliar pada akhir Maret, menurut Zou, dari 6,45 triliun yuan pada akhir tahun 2022.
Baca Juga
Angka-angka tersebut menunjukkan seberapa besar PBOC mengandalkan perangkat moneternya untuk memberikan stimulus kepada ekonomi, daripada langkah-langkah konvensional, seperti pinjaman kebijakan satu tahun PBOC.
Pada kuartal IV/2022, perangkat struktural moneter PBOC mendukung sepertiga dari peningkatan bersih dalam total pinjaman, menurut perkiraan Adam Wolfe, seorang ekonom pasar berkembang di Absolute Strategy Research Ltd. Adapun program tersebut sangat penting untuk mempertahankan pertumbuhan kredit, yang stagnan dalam setahun terakhir karena ekonomi melambat secara dramatis.
“Penggunaan alat struktural PBOC pada tahun 2022 merupakan pengakuan diam-diam atas ketidakefektifan moneter konvensional untuk menstabilkan ekonomi” karena kelangkaan permintaan kredit sektor swasta,” kata Wrigley di Pantheon Macroeconomics.
Kondisi tersebut sekarang berubah, dengan pinjaman perusahaan pulih secara cepat setelah China mencabut pembatasan pandemi pada akhir tahun lalu dan dengan cepat membuka kembali negara itu, memicu konsumsi masyarakat. Ekspansi kredit pun secara keseluruhan melebihi ekspektasi pasar selama tiga bulan berturut-turut.
Pemulihan ekonomi kemungkinan tercermin saat PBOC kurang bergantung pada langkah-langkah kebijakan yang tidak konvensional ke depan dan mengalihkan fokusnya kembali ke startegi tradisional, seperti pinjaman kebijakan satu tahun atau rasio persyaratan cadangan untuk bank.
Pada Maret 2023, PBOC secara tak terduga menurunkan rasio, sebuah langkah yang bertujuan memberi bank lebih banyak uang tunai untuk dipinjamkan kepada pelanggan.
Sebuah makalah penelitian baru-baru ini yang dipimpin oleh Huang Yiping, mantan penasihat PBOC, juga meragukan keefektifan alat struktural moneter di luar waktu darurat. Para peneliti berpendapat bahwa beberapa stimulis tidak berdampak signifikan atau bertahan lama pada pinjaman bank untuk usaha kecil.
“Mungkin lebih cocok menggunakan kebijakan moneter struktural selama masa-masa sulit seperti krisis keuangan atau pandemi,” menurut makalah tersebut yang diterbitkan minggu lalu.
Banyak stimulis diciptakan untuk meringankan kerusakan pandemi pada sektor-sektor seperti logistik, manufaktur, penerbitan obligasi bisnis swasta, dan pengiriman proyek perumahan. Sebelas dari 15 program telah dibuat sejak akhir 2021. Hal ini berdasarkan laporan perincian yang diterbitkan oleh PBOC awal tahun ini
Sebagian besar pinjaman bank sentral dalam program ini memiliki suku bunga sekitar 1,75 persen, lebih rendah dari suku bunga kebijakan satu tahun, yang saat ini sebesar 2,75 persen. Pemerintah pusat juga mensubsidi pembayaran bunga untuk beberapa program pinjaman.