Bisnis.com, JAKARTA - PT Pertamina (Persero) tengah mengoptimalkan pengelolaan aset-aset yang saat ini sudah terbilang tua untuk tetap memastikan keberlangsungan operasional dan keamanannya.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, pihaknya telah melakukan audit menyeluruh terkait aset-aset yang dimilikinya setelah kejadian kebakaran di Kilang Balongan, Jawa Barat.
“Setelah Balongan, bergerak melakukan audit oleh internasional auditor indenpenden untuk memetakan aspek safety di kilang-kilang kita dan terus berlanjut dengan terminal, termasuk kapal kita lakukan audit,” ujarnya di Jakarta, Selasa (11/4/2023).
Nicke menuturkan, setidaknya terdapat lima aspek atas hasil audit tersebut yang mulai dioptimalkan untuk menjaga kinerja dan keamanan aset-aset migas perusahaan pelat merah itu.
Atas kejadian di Kilang Balongan, kata Nicke, Pertamina mulai meminimalisir risiko kecelakaan pada aset kilang akibat sambaran petir dengan mempertebal lapisan kilang yang sudah berumur menjadi tiga lapis.
Menurutnya, hal itu perlu dilakukan mengingat perubahan iklim di dunia yang berubah cukup cepat telah memengaruhi intensitas dan kekuatan petir.
Baca Juga
“Kilang sepuh tidak boleh jadi alasan karena kita punya program pemeliharaan program rutin kita lakukan, kita melakukan standar internasional sustainability rating system,” ungkapnya.
Selanjutnya, Pertamina juga memperkuat sistem di kilang untuk mencegah terjadinya overflow yang juga menjadi sumber kecelakaan di beberapa kilang, termasuk mencegah adanya tekanan dari kandungan hidrogen seperti yang terjadi di Kilang Dumai.
Nicke menuturkan, hal tersebut perlu diperkuat dengan membuat buffer zone sebagai batas aman untuk aktivitas di sekitar kawasan kilang.
“Dampaknya getarannya itu [Kilang Dumai] 1 km dari lokasi kejadian, jadi yang namanya buffer zone penting sekali. Setidaknya 50 meter buffer zone api,” ungkapnya.
Nicke menambahkan, untuk mengurangi risiko kecelakaan pada kilang, pihaknya juga meningkatkan teknologi kilang untuk mengolah minyak mentah dengan kandungan sulfur yang lebih baik.
Kilang tua yang beroperasi saat ini, kata Nicke, hanya dapat mengolah minyak mentah dengan kualitas rendah yang memiliki tingkat sulfur yang tinggi sehingga dapat memberikan risiko sulfidasi lebih tinggi.
“Agar bisa memproses minyak mentah dengan sulfur tinggi, sulfidation bisa terjadi kalau kita tidak mengganti materialnya,” jelasnya.
Berdasarkan hasil audit tersebut, tutur Nicke, poin terakhir yang menjadi fokusnya adalah mengurangi risiko dari terjadinya korosi di pipa-pipa migas.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, Pertamina meningkatkan pengawasan terhadap proses insulasi agar tidak terjadi korosi pada fasilitas-fasilitas yang beroperasi saat ini.
“Pertamina melakukan improvement, kita optimistis aset tua yang dikelola masih dapat dikelola dan dioperasikan,” imbuhnya.