Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan tetap mempertahankan suku bunga acuan di tingkat 5,75 persen pada April 2023 sejalan dengan data inflasi yang menunjukkan tren penurunan atau melandai.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Maret 2023 sebesar 4,97 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), melandai dari periode Februari 2023 yang mencapai 5,47 persen yoy.
Melandainya inflasi pada periode Maret 2023 terutama dipicu oleh komoditas pangan dan tagihan air. Inflasi harga bergejolak atau volatile food pada periode tersebut tercatat sebesar 5,8 persen yoy, melambat dari 7,6 persen yoy pada Februari 2023.
Ekonom Bank Danamon Irman Faiz mengatakan bahwa musim panen yang baik untuk sayuran dan produk unggas, serta harga CPO yang lebih rendah membantu menurunkan inflasi harga bergejolak.
Selain itu, tagihan air untuk rumah tangga juga merupakan kontributor terbesar untuk komponen harga yang diatur pemerintah. Inflasi yang diatur pemerintah tercatat melambat menjadi 11,6 persen yoy pada Maret 2023, dari 12,2 persen yoy pada bulan sebelumnya.
Sejalan dengan itu, BPS mencatat inflasi inti melambat menjadi 2,9 persen yoy pada Maret 2023, dari 3,1 persen yoy pada bulan sebelumnya.
Baca Juga
Menurutnya, mengingat Ramadan baru dimulai pada minggu terakhir Maret, dampak penuh dari Ramadan masih belum tercermin dalam data inflasi Maret 2023.
Menurutnya, inflasi inti juga berpotensi mengalami peningkatan pada April 2023, sejalan dengan data PMI manufaktur yang masih dalam fase ekspansi di 51,9.
“Namun, inflasi inti mungkin tidak akan melebihi ekspektasi BI sebesar 3,6 persen, mengingat lambatnya penyesuaian harga output oleh produsen,” kata Faiz, Selasa (4/3/2023).
Faiz menambahkan, berdasarkan data inflasi Maret 2023 juga, suku bunga acuan Bank Indonesia diperkirakan akan tetap dipertahankan pada tingkat 5,75 persen.
“Oleh karena itu, kami memperkirakan bahwa BI akan mempertahankan suku bunga acuan di 5,75 persen untuk saat ini,” imbuhnya.