Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) melihat inflasi pada Maret 2023 masih tetap terkendali meski bersamaan dengan dimulainya periode ramadan pada tahun ini.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 0,18 persen (month-to-month/mtm). Posisi ini tidak berbeda jauh dengan inflasi bulan sebelumnya yang bertengger di level 0,16 persen mtm.
Kepala Departemen komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono mengatakan realisasi inflasi IHK Maret 2023 lebih rendah dibandingkan dengan pola historis inflasi periode awal Ramadan.
“Dengan perkembangan tersebut, inflasi IHK secara tahunan turun menjadi 4,97 persen [year-on-year/yoy] dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 5,47 persen yoy,” ujarnya, Senin (3/4/2023).
Secara rinci, inflasi IHK Maret 2023 dipengaruhi oleh kenaikan inflasi inti yang tercatat sebesar 0,16 persen mtm, meningkat dibandingkan inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,13 persen mtm.
Kenaikan terbatas inflasi inti sejalan dengan meningkatnya permintaan yang bersifat gradual di tengah melandainya tekanan harga komoditas global.
Baca Juga
Adapun, komoditas utama penyumbang inflasi inti adalah komoditas kontrak rumah, upah asisten rumah tangga, dan emas perhiasan.
Secara tahunan, inflasi inti Maret 2023 tercatat sebesar 2,94 persen yoy, atau lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 3,09 persen yoy.
Selain itu, inflasi kelompok volatile foods tetap terkendali. Kelompok volatile foods mencatat inflasi sebesar 0,29 persen mtm, stabil dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 0,28 persen mtm.
Perkembangan tersebut terutama disumbang oleh deflasi komoditas cabai merah dan bawang merah. Sementara itu, komoditas beras, cabai rawit, dan bawang putih menyumbang inflasi.
“Kelompok volatile foods secara tahunan mengalami inflasi 5,83 persen yoy, turun dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 7,62 persen yoy,” kata Erwin.
Adapun, inflasi kelompok administered prices tercatat lebih rendah dari bulan sebelumnya. Kelompok administered prices mencatat inflasi sebesar 0,12 persen mtm, turun dari inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 0,14 persen mtm.
Inflasi bulanan yang lebih rendah terutama dipengaruhi oleh penurunan tarif Perusahaan Air Minum (PAM) di daerah. Penurunan inflasi kelompok administered prices tertahan oleh inflasi angkutan udara, bensin, dan aneka rokok seiring dengan peningkatan mobilitas udara, penyesuaian harga bensin nonsubsidi, dan kenaikan tarif cukai tembakau.
Secara tahunan, kelompok administered prices mengalami inflasi sebesar 11,56 persen yoy, lebih rendah dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 12,24 persen yoy.