Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka inflasi sebesar 0,18 persen pada Maret 2023 (month-to-month/mtm).
Jika dirinci menurut kelompok pengeluaran, inflasi bulanan terbesar pada Maret 2023 adalah makanan, minuman, dan tembakau.
"Komoditas penyumbang inflasi mtm terbesar adalah angkutan udara, bensin, beras, cabe rawit, dan rokok kretek filter," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (3/4/2023).
Sementara itu berdasarkan wilayah inflasi tertinggi terjadi di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, yakni 1,30 persen. Pada periode yang sama, Kota Bandung, Jawa Barat melaporkan deflasi terdalam, yaitu -1,50 persen. Di Kupang, komoditas penyumbang inflasi adalah tarif angkutan udara (0,55 persen).
Adapun secara tahunan, angka inflasi Maret 2023 menjadi 4,97 persen dan 0,68 persen sepanjang tahun berjalan.
Sementara itu, Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) dalam Economic Outlook, Interim Report March 2023, memperkirakan inflasi Indonesia pada tahun ini mencapai 4,1 persen.
Baca Juga
Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan target Bank Indonesia (BI) di kisaran 3% dan asumsi dasar ekonomi makro Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 sebesar 3,6%.
Menurut OECD, secara umum inflasi memang relatif bisa dikendalikan seiring dengan berbagai kebijakan yang ditempuh pemerintah. Namun, kewaspadaan masih perlu dikedepankan.
Salah satunya dengan tetap menjaga pergerakan harga energi dan pangan serta memperkuat dukungan fiskal terutama untuk kelompok rumah tangga.
“Inflasi utama diproyeksikan menurun pada 2023. Meski begitu, inflasi tetap jauh di atas target hingga tahun depan,” tulis laporan OECD yang dikutip Bisnis, Senin (20/3).