Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inflasi Ramadan 2023 Melambat, Idulfitri Bakal Naik jadi 5 Persen?

Benarkah inflasi pada periode Idulfitri bakal naik ke level 5 persen? Ini penjelasan ekonom.
Pedagang melayani pembeli di salah satu pasar tradisional di Bogor, Jawa Barat, Selasa (14/3/2023). JIBI/Abdurachman
Pedagang melayani pembeli di salah satu pasar tradisional di Bogor, Jawa Barat, Selasa (14/3/2023). JIBI/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom memproyeksikan inflasi pada momen Idulfitri 2023 atau pada April mendatang berpotensi akan kembali menembus level 5 persen setelah pada Maret berhasil turun menjadi 4,97 persen year-on-year (yoy). 

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman menyampaikan kondisi tersebut sangat mungkin terjadi karena momen yang bersifat musiman, seperti Hari Raya Idulfitri, akan mendorong permintaan dan juga inflasi.

“Untuk Idulfitri memang bisa arahnya ke atas lagi inflasi, tetapi ini sifatnya hanya musiman atau sementara saja. Setelah itu akan normal dan turun kembali,” ujarnya, Senin (3/4/2023). 

Meski demikian, hal tersebut hanya berlangsung sesaat dan dirinya melihat inflasi akan kembali memasuki tren penurunan setelah Idulfitri.

Faisal menyampaikan secara historis tren inflasi akan meningkat 0,5-0,7 persen pada momen Ramadan dan Hari Raya Idulfitri. Artinya, inflasi pada April, di mana masuk dalma momen tersebut, diperkirakan dapat mencapai angka 5,47-5,67 persen. 

“Inflasi akan berada pada kisaran 4 – 6 persen [yoy] pada semester pertama 2023 sebelum menurun menuju kisaran sasaran pada semester kedua di tengah low base effect dari semester pertama 2022,” tambahnya. 

Faisal mengatakan meski inflasi pada Maret 2023 melambat, dan dapat menjadi indikasi melemahnya permintaan, menurutnya permintaan publik atau daya beli masih akan tetap kuat. 

“Secara bulanan, inflasi inti menguat menjadi 0,16 persen [mtm], Februari 2023 0,13 persen [mtm], menunjukkan bahwa permintaan publik atau daya beli tetap kuat,” tambahnya. 

Di sisi lain, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyampaikan bahwa inflasi yang bersifat musiman ini akan cenderung terakumulasi pada April seiring dengan peningkatan konsumsi masyarakat sehingga inflasi akan cenderung meningkat.

“Namun, kami perkirakan inflasi seasonal ini akan cenderung lebih terbatas, mengingat hari raya ini juga bersamaan dengan musim panen raya,” katanya, Senin (3/4/2023). 

Pada jangka pendek, Josua mengatakan pemerintah perlu melakukan intervensi pasar terutama bahan pangan dalam rangka mencegah terjadinya lonjakan inflasi dari sisi barang bergejolak. 

Pasalnya, barang bergejolak atau volatile food cenderung mendorong lonjakan inflasi, terutama beras. Pada Maret 2023, komoditas beras dan telur ayam memberikan andil masing-masing 0,35 persen dan 0,11 persen terhadap inflasi tahunan. 

“Namun demikian, di jangka panjang, pemerintah perlu menjaga ekspektasi inflasi sejalan dengan dampaknya terhadap inflasi di semua komponen, baik inflasi inti hingga inflasi barang bergejolak,” tambahnya. 

Meski demikian, Badan Pusat Statistik (BPS) terus mewaspadai inflasi yang terjadi seiring dengan meningkatnya harga beberapa komoditas menjelang Idulfitri, akibat permintaan yang umumnya melonjak. 

“Seperti tarif angkutan udara, daging sapi, daging ayam ras, bawang merah, telur ayam ras, dan lain lain,” ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Pudji Ismartini dalan Rilis Berita Statistik, Senin (3/4/2023).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper