Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bensin hingga beras menjadi penyumbang inflasi pada Maret 2023 yang tercatat 0,18 persen secara bulanan atau month-to-month (mtm).
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini menyebutkan inflasi Maret 2023 tercatat lebih tinggi dari Februari 2023.
Kondisi ini karena kelompok makanan, minuman, dan tembakau mengalami inflasi paling tinggi pada Maret 2023, yaitu senilai 0,35 persen (mtm).
“Jika dilihat secara series, terlihat lebih tinggi dibandingkan inflasi bulan sebelumya, yaitu Februari 2023 yang sebesar 0,16 persen,” ujarnya dalam Rilis Berita Statistik di Gedung BPS, Jakarta, Senin (3/4/2023).
Mengacu pada kelompok pengeluaran, penyumbang inflasi terbesar berasal dari makanan, minumam, dan tembakau yang memberikan andil terhadap inflasi bulanan sebesar 0,09 persen.
Lebih lanjut, Pudji menjelaskan komoditas utama penyumbang inflasi bulanan pada Maret 2023, yaitu tarif angkutan udara dan bensin yang masing-masing memberikan andil 0,03 persen.
Baca Juga
Selain itu, komoditas beras, cabai rawit, dan rokok kretek filter masing-masing memberikan andil sebesar 0,02 persen terhadap inflasi bulanan.
Sebagai catatan, pemerintah pada Maret 2023 kembali melakukan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM).
“Pada awal Maret harga BBM kembali mengalami penyesuaian, harga Pertamax naik Rp500 per liter, Pertamax Turbo naik Rp250/liter,” tambah Pudji.
Adapun secara tahunan, angka inflasi Maret 2023 menjadi 4,97 persen dan 0,68 persen sepanjang tahun berjalan (year-to-date/ytd).
Berdasarkan sebaran wilayah, dari 90 kota pemantauan IHK, sebanyak 65 kota mengalami inflasi.
Dari 65 kota tersebut 48 kota diantaranya inflasi berada di atas inflasi nasional, dan 17 kota lainnya di bawah inflasi nasional.
Inflasi bulanan tertinggi terjadi di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, yaitu sebesar 1,30 persen (mtm), disebabkan oleh tarif angkutan udara, kontrak rumah, beras, daging babi, kangkong, dan cabai merah.
Sementara itu, terdapat 25 kota yang mengalami deflasi, terdalam di Kota Bandung, Jawa Barat, sebesar minus 1,50 persen.