Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nilai Tukar Petani Maret Naik 0,29 Persen, Didominasi Perkebunan Rakyat

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai tukar petani (NTP) pada Maret 2023 sebesar 110,85 atau naik 0,29 persen dibandingkan Februari 2023.
Petani beraktivitas di lahan persawahan di kawasan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Banten, Senin (17/1/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Petani beraktivitas di lahan persawahan di kawasan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Banten, Senin (17/1/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA - Penghasilan petani pada Maret 2023 mengalami kenaikan dibandingkan Februari 2023. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai tukar petani (NTP) pada Maret 2023 sebesar 110,85 atau naik 0,29 persen dibandingkan Februari 2023.

Deputi Bidang Statistik dan Distribusi BPS Jasa Pudji Ismartini menjelaskan, peningkatan NTP terjadi karena indeks harga yang diterima petani naik sebesar 0,53 persen atau lebih tinggi dibanding indeks yang dibayar petani yang naik sebesar 0,24 persen.

“Komoditas yang mempengaruhi NTP adalah kelapa sawit, jagung, cabai rawit, dan kopi,” ucap Pudji dalam konferensi pers secara virtual, Senin (3/4/2023).

Dia menuturkan, peningkatan NTP tertinggi, yaitu tanaman subsektor perkebunan rakyat yang naik 1,94 persen. Peningkatan terjadi karena indeks harga yang diterima petani sebesar 2,14 persen atau lebih tinggi dibanding indeks yang dibayar petani sebesar 0,20 persen.

“Komoditas yang dominan mempengaruhi kenaikan indeks yang diterima petani adalah kelapa sawit, kopi, dan karet,” tuturnya.

Meski demikian, Pudji mengungkapkan, terjadi penurunan NTP pada subsuketor tanaman pangan. NTP ini turun sebesar 1,20 persen. Penurunan ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani turun -0,93 persen, sementara indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,28 persen.
 
“Komoditas yang memengaruhi penurunan indeks yang diterima petani ini adalah gabah seiring dengan adanya musim panen raya dan juga penurunan harga gabah itu sendiri,” ujarnya.

Sementara itu, nilai tukar usaha petani (NTUP) pada Maret 2023 tercatat sebesar 111,18 atau naik 0,40 persen dibandingkan Februari.

Kenaikan NTUP terjadi karena indeks harga yang diterima petani naik 0,53 persen atau lebih tinggi dibandingkan biaya produksi dan biaya penambahan barang modal (BPPBM)  yang mengalami kenaikan sebesar 0,12 persen.

Menurut Pudji, komoditas dominan yang mempengaruhi kenaikan indeks yang diterima petani ini adalah kelapa sawit, jagung, cabai rawit, dan kopi. Peningkatan NTUP tertinggi terjadi pada subsektor perkebunan rakyat yang naik 2,02 persen.

“Peningkatan terjadi karena indeks harga yang diterima petani mengalami kenaikan sebesar 2,14 persen atau lebih tinggi dibandingkan indeks biaya produksi dan penambahan modal yang naik 0,12 persen,” ucapnya.

Namun, terjadi penurunan NTUP terdalam pada subsektor tanaman pangan sebesar 1,07 persen. Penurunan ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani turun 0,93 persen,  sementara indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) mengalami kenaikan sebesar 0,14 persen.

“Kenaikan BPPBM ini didorong terutama oleh upah permanen dan juga harga benih padi,” ucap Pudji.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper