Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai tukar petani (NTP) pada Februari 2023 sebesar 110,53, naik 0,63 persen jika dibandingkan Januari 2023.
Peningkatan NTP terjadi karena indeks yang diterima petani naik sebesar 0,89 persen, lebih tinggi dibanding indeks harga dibayar petani yang naik 0,26 persen.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini menuturkan, komoditas yang dominan memengaruhi kenaikan NTP pada Februari ini adalah kelapa sawit, jagung, karet dan gabah. Dia memerinci, peningkatan NTP tertinggi terjadi pada sub sektor tanaman pangan yang naik 1,23 persen. Peningkatan itu, karena indeks yang diterima petani mengalami kenaikan 1,51 persen, lebih tinggi daripada indeks yang dibayarkan petani 0,28 persen.
“Komoditas yang memengaruhi kenaikan indeks yang diterima petani adalah harga gabah, jagung dan ketela pohon,” tutur Pudi dalam Berita Resmi Statistik yang disiarkan secara virtual, Rabu (1/3/2023).
Dia melanjutkan, penurunan NTP terjadi pada subsektor holtikultura, yang turun 1,01 persen. Penurunan ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani turun 0,66 persen, sementara indeks yang dibayar petani naik 0,35 persen.
“Komoditas yang memengaruhi indeks tukar petani adalah tomat, kol, dan wortel,” ucap Pudji.
Baca Juga
Sementara itu, nilai tukar usaha petani (NTUP) pada Februari 2023 tercatat 110,74 atau naik 0,71 persen jika dibandingkan Januari 2023. Peningkatan NTUP ini karena yang diterima petani naik 0,89 persen lebih tinggi dibanding biaya produksi dan barang modal yang mengalami kenaikan 0,18 persen.
“Komoditas yang dominan menyumbang indeks petani ini adalah jagung, kelapa sawit dan karet,” ucap Pudji.
Peningkatan NTUP terjadi pada subsektor pada tanaman pangan yang mengalami kenaikan 1,26 persen. Peningkatan tersebut karena inflasi harga yang diterima petani mengalami kenaikan 1,51 persen, lebih tinggi dibanding indeks biaya produksi dan barang modal yang naik 0,25 persen.
“Penurunan NTUP terjadi pada holtikultura, turun 0,92 persen. Penurunan indeks harga yang diterima petani turun 0,66 persen, sementara indeks barang produksi dan barang modal naik 0,26 persen,” tutur Pudji.