Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menkeu dan Gubernur Bank Sentral Asean Komitmen Jaga Stabilitas

Komitmen ini mencuat dalam pertemuan yang dihadiri para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral dari 9 negara ASEAN.
Menteri Keuangan Sri Mulyani di acara High Level Dialogue on Promoting Digital Financial Inclusion and Literasi for MSMEs, Rabu (29/3/2023). JIBi/Maria Elena.
Menteri Keuangan Sri Mulyani di acara High Level Dialogue on Promoting Digital Financial Inclusion and Literasi for MSMEs, Rabu (29/3/2023). JIBi/Maria Elena.

Bisnis.com,JAKARTA- Para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral Asean berkomitmen jaga stabilitas keuangan dan memajukan integrasi keuangan.

Dalam pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral Asean (AFMGM) yang diselenggarakan secara kolaboratif oleh Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia pada akhir Maret 2023 di Nusa Dua, Bali, mencuat isu terkait stabilitas perekonomian kawasan. Pertemuan ini dihadiri oleh para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral dari 9 negara yakni Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, serta perwakilan dari enam organisasi internasional.

Dalam pertemuan tersebut, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan peran penting dan strategis Asean sebagai pusat pertumbuhan dunia. "Kami percaya bahwa ASEAN  memiliki tujuan untuk menjadi suatu kawasan dengan pertumbuhan ekonomi yang kuat, inklusif, dan berkelanjutan. Untuk memastikan bahwa keberhasilan ini akan berkelanjutan, kita harus memperkuat kapasitas kawasan ini dalam menghadapi berbagai tantangan yang pernah dialami di masa lalu, termasuk yang tidak kalah penting adalah menghadapi tantangan baru yang muncul saat ini, hingga tantangan dua puluh tahun ke depan," jelasnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (1/4/2023).

Gubernur Bank Indonesia  Perry Warjiyo menyatakan bahwa untuk menjawab tantangan ASEAN, anggota harus bekerja sama secara kolaboratif dan kooperatif. "Sebagai Gubernur Bank Sentral dan Menteri Keuangan, kita harus memanfaatkan keahlian dan pengalaman kolektif kita untuk mengembangkan kebijakan dan langkah-langkah yang mempromosikan ketahanan ekonomi, keberlanjutan, dan inklusi," jelasnya.

Perry menjelaskan tindakan tersebut dapat mencakup tiga agenda. Pertama, ASEAN harus memiliki pemahaman yang baik tentang dinamika stabilitas makroekonomi dan keuangan global dan regional serta mampu merumuskan bauran kebijakan yang optimal.

Kedua, memanfaatkan agenda global di bidang pembayaran lintas batas. Ketiga, dengan dinamika pasar keuangan global saat ini yang sangat dipengaruhi oleh siklus kenaikan suku bunga yang cepat oleh bank sentral utama, lebih penting bagi pasar negara berkembang untuk melindungi sektor eksternal dari konsekuensi yang tidak diinginkan.

Sejalan dengan tema, "Epicentrum of Growth", ASEAN secara kolektif memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabilitas makroekonomi. Misalnya, ekonomi ASEAN-5 tumbuh sebesar 5,3 persen tahun lalu, dan secara kolektif diperkirakan menjadi 4,6 persen tahun ini, dan meningkat menjadi 5,6 persen pada 2024.

Pertumbuhan ini antara lain akan terus berlanjut didukung oleh konsumsi, perdagangan, dan investasi yang kuat, serta perdagangan terbuka dan investasi ke negara lain. Meskipun demikian, ASEAN dan global masih menghadapi sejumlah tantangan, antara lain dampak rambatan  dari perkonomian global, suku bunga tinggi, inflasi tinggi, serta ketidakpastian keuangan global. 

ASEAN perlu menggarisbawahi pentingnya kolaborasi dan kerja sama yang kuat, yang tergambar dalam Prioritas Ekonomi Indonesia, untuk mengatasi risiko-risiko yang mengancam ekonomi kawasan. Beberapa agenda turunan PED yang berada di bawah koordinasi Kementerian Keuangan adalah kesiapsiagaan kesehatan , pendanaan infrastruktur, perpajakan internasional, kerja sama kepabeanan dan cukai, inklusi keuangan digital untuk UMKM dan keuangan berkelanjutan.

Keenam agenda itu akan menguatkan kerja sama dan integrasi kerja sama sektor keuangan di Asean di bawah cetak biru 2025 dan akan membantu kawasan merespon tantangan global yang sedang dihadapi bersama untuk memastikan pemulihan ekonomi kawasan.

Untuk menghadapi berbagai tantangan di ASEAN, ada 3 prioritas terkait agenda bank sentral. Pertama, memperkuat bauran kebijakan makroekonomi untuk menghadapi limpahan global dalam rangka mendukung stabilitas makroekonomi dan keuangan serta mendukung pemulihan dan integrasi ekonomi kawasan.

Adapun hasil pertemuan AFMGM pertama akan dilaporkan ke KTT Asean ke-42 yang akan diselenggarakan pada Mei 2023 di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, yang kemudian akan dilanjutkan dengan AFMGM kedua pada Agustus 2023 di Jakarta. Berbagai agenda diskusi di Jalur Keuangan Pilar Ekonomi diharapkan dapat menghasilkan hasil konkret yang bermanfaat signifikan dan berdampak positif bagi negara-negara di kawasan Asean.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper