Bisnis.com, JAKARTA – Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo mengatakan negara-negara Asean juga melakukan kajian atau asesmen untuk mengukur dampak bangkrutnya Silicon Valley Bank (SVB) dan perbankan AS hingga Eropa terhadap perekonomian kawasan
“Dalam konteks seperti itu, kekuatan Asean saat ini cukup baik dari sisi eksposur perbankan tadi, tapi tetap perlu diingatkan untuk hati-hati seandainya memang ada contagion berikutnya, jadi mitigasi harus dilakukan,” katanya dalam wawancara khusus bersama Bisnis, Kamis (30/3/2023).
Pertemuan tingkat Deputi Keuangan dan Bank Sentral Asean atau Asean Finance and Central Bank Deputies Meeting (AFCDM) telah digelar pada Kamis (30/3/2023).
Untuk diketahui, jalur keuangan Keketuaan Indonesia dalam Asean 2023 mengusung tiga pilar, yaitu recovery rebuilding, akselerasi ekonomi digital, dan mendorong ekonomi berkelanjutan.
Dody menyampaikan terkait konteks recover rebuilding, pertemuan Deputi Bank Sentral se-Asean menyoroti perkembangan ekonomi global dan tantangannya bagi perekonomian kawasan, serta dibahas normalisasi kebijakan untuk menangani dan memitigasi gejolak global tersebut.
Menurutnya, negara di kawasan Asean mengalami beberapa kesamaan, baik dari tantangan yang dihadapi, juga penggunaan bauran kebijakan di beberapa negara, seperti Indonesia, Malaysia, dan Thailand, untuk menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi
Baca Juga
"Beberapa kesamaan tantangan negara Asean tersebut diantaranya laju inflasi yang tinggi, gejolak dan pasar keuangan, dan volatilitas terhadap mata uang di negara masing-masing," jelasnya.
Selanjutnya, pada konteks rebuilding, Dody menjelaskan bahwa BI mendorong kesepakatan negara anggota Asean untuk melakukan transaksi, baik perdagangan dan investasi, dengan menggunakan local currency di kawasan.
Hal ini untuk mengurangi ketergantungan terhadap mata uang utama dunia, sehingga stabilitas ekonomi di kawasan dapat lebih terjaga, di samping untuk meningkatkan volume perdagangan.
Kemudian, BI mendorong terbentuknya konektivitas sistem pembayaran di tingkat Asean. Tidak hanya mendorong konektivitas sistem pembayaran berbasis QR code dan fast payment.
Dia mengatakan pertemuan deputi juga membahas tentang keberadaan dari aset kripto dan mata uang digital bank sentral (central bank digital currency/CBDC), termasuk dampaknya terhadap pengelolaan makroekonomi dan moneter.
“Itu semua juga dibahas dan masih belum keluar keputusannya, bisa saja pembahasan akan meminta Asean atau Amro [Asean+3 Macroeconomic Research Office] untuk melakukan studi pendalaman tentang ini, karena kita tahu 10 negara anggota memiliki perbedaan karakteristik,” kata Dody.