Tinjau Ulang Portofolio
Pendukung jangka panjang Credit Suisse, Qatar Investment Authority (QIA), sedang meninjau kembali kepemilikan banknya dan menilai portofolio keseluruhannya di tengah meningkatnya risiko-risiko ekonomi global.
Informasi tersebut diungkapkan seorang pejabat senior di lembaga tersebut, yang tidak mau disebutkan namanya karena sensitivitas masalah ini.
"QIA tidak memiliki rencana segera untuk mengurangi aset-aset perbankannya dan melihat gejolak pasar saat ini, sebagai sebuah kesempatan untuk menegosiasikan persyaratan dan menyusun investasi-investasi yang lebih baik," ujar pejabat tersebut.
QIA melihat nilai porsi kepemilikan di Credit Suisse ambruk pada minggu lalu. Ironisnya, QIA baru saja meningkatkan kepemilikannya dalam beberapa bulan terakhir.
Bank Swiss ini juga memasukkan konglomerat Saudi, Olayan Group, sebagai salah satu pemegang saham terbesarnya dengan kepemilikan sekitar 3 persen.
Dalam sebuah langkah lebih dari sekedar mengambil saham minoritas di perusahaan-perusahaan Wall Street, beberapa investor terbesar di Timur Tengah baru-baru ini mengeksplorasi bagaimana menggunakan "rejeki nomplok minyak" yang mereka dapatkan untuk memainkan peran yang lebih besar di sektor keuangan global melalui akuisisi.
Baca Juga
First Abu Dhabi Bank PJSC telah mempertimbangkan potensi penawaran tunai untuk Standard Chartered Plc di kisaran US$30 miliar hingga US$35 miliar, seperti dilaporkan Bloomberg pada Februari 2023.
Namun, masih terlalu dini untuk mengatakan apakah minat terhadap kemungkinan kesepakatan tersebut akan terpengaruh oleh gejolak yang terjadi baru-baru ini, kata orang-orang yang mengetahui masalah ini. Perwakilan FAB menolak berkomentar.
Sebelum bencana Credit Suisse, Arab Saudi telah menyusun sebuah rencana ambisius untuk memberikan Saudi National Bank, pemberi pinjaman terbesar di kerajaan ini, sebuah jejak global melalui akuisisi-akuisisi besar di luar negeri.
Investasinya di bank Swiss akhir tahun lalu dimaksudkan untuk memperkuat sektor keuangan negara ini dan meningkatkan statusnya sebagai kekuatan investasi global.
Sebaliknya, Chairman-nya Ammar Al Khudairy membantu memicu penurunan saham Credit Suisse terbesar dalam satu hari sejak krisis keuangan pada 15 Maret 2023.
Saat sesi wawancara dengan Bloomberg TV, dia ditanya apakah pemberi pinjaman akan terbuka untuk investasi lebih lanjut di bank tersebut jika ada permintaan tambahan likuiditas.
Ammar pun menjawab "sama sekali tidak".
Analis Citigroup Rahul Bajaj menilai meskipun hal ini tidak mengesampingkan Saudi National Bank untuk melakukan transaksi-transaksi lain setelah Credit Suisse diakuisisi, dia berharap dengan pengalaman dengan Credit Suisse, akan ada kehati-hatian yang lebih besar dalam transaksi-transaksi di masa depan.
Reputasi Rusak
Para investor regional khawatir akan kerusakan reputasi dari transaksi yang memburuk, serta potensi kerugian finansial yang terkait dengan investasi mereka, kata para bankir yang enggan disebutkan namanya.
Sebagian dari kehati-hatian para investor berasal dari investasi-investasi besar di tahun-tahun sebelumnya, yang beberapa di antaranya telah memburuk.
Para investor Timur Tengah yang berkantong tebal telah mendukung bank-bank global seperti Credit Suisse selama bertahun-tahun, tetapi belum melihat keuntungan besar yang telah diraup oleh para investor lain.
Investasi Mitsubishi UFJ sebesar US$9 miliar di Morgan Stanley selama krisis keuangan telah menghasilkan keuntungan lebih dari US$25 miliar.
Sementara itu, Warren Buffett melipatgandakan lebih dari tiga kali lipat dari US$5 miliar yang dia tanamkan di Bank of America Corp. untuk menopang kepercayaan terhadap bank tersebut pada tahun 2012.
Selama krisis keuangan, pemerintah di Abu Dhabi, Qatar dan Kuwait menanamkan dana sekitar US$69 miliar ke perusahaan-perusahaan seperti Barclays Plc, Merrill Lynch dan Citigroup Inc.
"Sejak saat itu, hubungan mereka menjadi rumit," ujar Javier Capapé, direktur riset kekayaan negara di IE University, merujuk pada beberapa perselisihan hukum dan pertarungan di pengadilan yang muncul.