Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah China memberikan hukuman berupa suspensi operasional selama 3 bulan dan denda kepada cabang kantor akuntan Deloitte cabang Beijing, Deloitte Touche Tohmatsu Ltd.
Sanksi tersebut buntut dari audit yang dilakukan Deloitte kepada perusahaan China Huarong Asset Management Co.
Dikutip dari Bloomberg, Jumat (17/3/2023), setelah melakukan serangkaian inspeksi on-site, wawancara para karyawan, pengecekan dokumen, dan sidang, Kementerian Keuangan China menemukan bahwa Deloitte melakukan audit yang tidak profesional kepada Huarong sepanjang periode 2014 hingga 2019.
Deloitte dijatuhi sanksi denda senilai 212 juta yuan atau US$30,8 juta (sekitar Rp462 miliar) atau lebih dari 25 kali lipat dari total denda yang dikenakan kepada kantor akuntan bermasalah dalam inspeksi sepanjang tahun lalu.
Kementerian Keuangan China menyebut kantor akuntan yang masuk jajaran big four tersebut gagal mendeteksi masalah status aset underlying yang dimiliki Huarong dengan mengabaikan aspek compliance dalam memberikan persetujuan terhadap investasi besar dan mudah percaya dengan apa yang disampaikan Huarong.
Aset manajemen tersebut juga dinyatakan memiliki beberapa masalah internal dan pengendalian risiko yang buruk, serta memalsukan perhitungan akuntansi yang luput dari perhatian Deloitte.
Baca Juga
Terkait masalah tersebut, unit lokal Deloitte Hua Yong menyampaikan dalam sebuah pernyataan pada Jumat (17/3/2023) bahwa sebelumnya tidak ada rekomendasi dari kementerian bahwa cabang Deloitte di Beijing atau karyawannya telah melakukan hal yang tidak sesuai dengan kode etik.
"Kami secara penuh kooperatif dengan Kementerian Keuangan China selama masa inspeksi. Kami menghormati dan menerima keputusan sanksi Kemenkeu. Kami menyesali bahwa dalam masalah ini, Kemenkeu menganggap beberapa aspek dari kerja kami berada di bawah standar yang ditetapkan."
Deloitte Hua Yong juga menambahkan jika pihaknya tidak menerima informasi apapun dari Huarong terkait dengan perubahan laporan keuangan konsolidasi perusahaan. "Tidak ada perubahan pada laporan audit yang dianggap perlu."
Huarong pernah mengejutkan pasar modal Asia pada 2021 karena tidak dapat merilis laporan keuangan tahunan tepat waktu. Saat dirilis, laporan keuangan Huarong mencatatkan kerugian besar selama 2020. Perusahaan ini pun pada akhirnya menerima bailout dari pemerintah senilai US$6,6 miliar.
Sanksi yang diberikan kepada Deloitte tersebut dijatuhkan berbarengan dengan peringatan dari Pemerintah China, termasuk Kemenkeu, kepada BUMN agar berhenti menggunakan layanan dari 4 kantor akuntan global terbesar atau big four.
Pemerintah China mencoba untuk mengendalikan pengaruh perusahaan audit global dari AS untuk memastikan keamanan data nasional, serta mendukung industri akuntan domestik.