Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan pada Februari 2023 semakin sedikit orang asing yang memiliki surat berharga negara (SBN).
Sri Mulyani menyampaikan kepemilikan SBN masih didominasi Bank Indonesia (BI) dan perbankan yang mencapai lebih dari 50 persen. Sementara kepemilikan asing per 10 Maret 2023 di posisi 14,61 persen, turun 0,19 persen dari Februari 2023.
“Kepemilikan SBN kita yang kredibel masih didominasi Bank Indonesia 26 persen kemudian perbankan kita 24,5 persen, dan oleh nonresidensial atau asing itu 14,61 persen,” ujarnya dalam APBN Kita, dikutip Rabu (15/3/2023).
Hal tersebut menjadi kabar baik bagi Indonesia, lanjut Sri Mulyani, karena naik turunnya kepemilikan tersebut tidak menimbulkan dampak yang besar, namun harus tetap waspada.
Porsi kepemilikan asing terus mengalami tren penurunan sejak akhir 2020 yang kala itu sebesar 25,2 persen. Per 10 Maret mencapai level 14,61 persen.
“Ini di satu sisi akan menimbulkan stabilitas karena berarti naik turunnya tidak menimbulkan dampak yang besar, namun kita harus tetap waspada. Pasar SBN kita secara domestik masih tetap terjaga,” lanjutnya.
Baca Juga
Adapun, total capital inflow atau modal yang masuk ke Indonesia pada Februari 2023 mencapai US$22,9 miliar.
Sri Mulyani mencatat inflow untuk pembelian saham di Indonesia mencapai US$4,9 miliar dan untuk pembelian obligasi mencapai US$17,9 miliar.
Pada bulan Februari, arus modal menuju emerging market menunjukkan bahwa total capital inflow yang masuk ke Indonesia mencapai Rp22,9 miliar, di mana inflow untuk pembelian saham di Indonesia mencapai US$4,9 miliar dan inflow untuk membeli obligasi mencapai 17,9 miliar.
“Ini hal yang positif yang pasti menimbulkan harga dari obligasi kita lebih baik, berarti yieldnya menurun,” lanjut Sri Mulyani.
Adapun, pasar obligasi Indonesia mencatat Rp33,97 triliun secara year-to-date (ytd) capital inflow di tengah volatilitas yang cukup tinggi.
“Pesan dari Jerome Powell yang cukup hawkish di dalam testimoninya di kongres minggu lalu telah menyebabkan tekanan terhadap capital outflow,” lanjutnya.
Dengan demikian, terlihat outflow dari SBN sebesar Rp7,57 triliun pada Februari sedangkan pada Maret terjadi outflow Rp8,16 triliun.