Bisnis.com, JAKARTA – Investor real estat global tengah ketar-ketir menghadapi berbagai tantangan pada 2023. Hal ini lantaran ada berbagai sentimen yang dapat memengaruhi arus modal investasi properti di Asia Pasifik.
Chief Research Officer Asia Pacific JLL, Roddy Allan mengatakan ketidakpastian harga dan suku bunga kemungkinan akan terus memengaruhi turunnya arus modal pada tahun 2023. Meski, optimisme investasi real estat jangka panjang masih tampak kuat.
"Investor bersiap menyesuaikan rencana investasi tahun ini bersamaan dengan tantangan penempatan modal yang berkembang mengikuti situasi ekonomi makro global yang sulit diprediksi serta kebijakan bank sentral,” ujar Roddy Allan dalam keterangan resminya, Kamis (16/3/2023).
Berdasarkan "Asia Pacific Investor Sentiment Barometer 2023" yang dirilis JLL, sebanyak 78 persen investor menyebut ketidakpastian harga sebagai tantangan terbesar dalam ekspansi arus modal pada 2023.
Sementara, 70 persen percaya bahwa kebijakan suku bunga yang tidak merata dan tidak dapat diprediksi secara global akan memengaruhi keputusan investasi.
"Akan tetapi, periode penuh kewaspadaan ini bukan merupakan cerminan keyakinan jangka panjang para investor di kawasan ini, tapi hal ini akan membuat mereka menyesuaikan cara, waktu, dan tempat untuk menempatkan dana pada tahun ini," ujarnya.
Baca Juga
Ketidakpastian harga dan suku bunga kemungkinan akan terus memengaruhi turunnya arus modal pada tahun 2023, namun optimisme jangka panjang tetap tinggi karena investor melihat bahwa bank sentral hanya menganjurkan untuk jeda sementara dibandingkan mundur sepenuhnya dalam aktivitas penanaman modal atau investasi.
Menurut analisis JLL, 58 persen responden percaya bahwa suku bunga yang menjadi acuan perlu diturunkan sebesar 50-100 bps untuk mendorong kembali aktivitas investasi.
Sementata, sekitar 60 persen investor yang disurvei memperkirakan volume arus modal di pasar real estat Asia Pasifik akan kembali mengalami penurunan pada 2023, dari posisi terendah sebesar US$129 miliar pada tahun lalu.
Hal tersebut sejalan dengan perkiraan JLL akan adanya penurunan moderat atau yang tidak terlalu besar, yaitu 5-10 persen seperti yang dipublikasikan "Asia Pacific Outlook 2023".
Lebih lanjut, Allan menerangkan, investor mempertimbangkan kembali strategi dan level toleransi risiko untuk tahun ini. Strategi untuk meningkatkan nilai investasi menjadi titik fokus bagi 64 persen responden, naik dari 53 persen tahun lalu.
"Strategi tersebut mencakup penempatan dana untuk menaikkan dan memenuhi target keberlanjutan di pasar inti, dan untuk mengalihkan aset hotel sebagai proyek multifamily, dengan mempertimbangkan demografi pasar yang positif, termasuk kebutuhan hunian," jelasnya.
Saat menjalankan strategi, investor melihat investasi langsung dan utang sebagai dua metode paling disukai dalam pengerahan modal pada 2023, dengan masing-masing 48 persen dan 39 persen responden meningkatkan fokus mereka pada kesepakatan tersebut.
Responden menyatakan minat pada investasi langsung, karena peluang usaha patungan dan platform yang terbatas, serta potensi pengembalian utang yang lebih tinggi akibat kenaikan suku bunga yang mendorong strategi modal ini berkembang secara regional.
Adapun, sektor logistik masih menjadi pilihan investor didukung oleh permintaan yang kuat dan pertumbuhan sewa. Hal ini terbukti dari sejumlah investor yang akan memperoleh kucuran modal dan eksposur pinjaman terbesar pada tahun ini. Sebanyak 64 persen investor berencana untuk meningkatkan eksposur mereka ke sektor ini pada tahun 2023.
Investor dan pemberi pinjaman juga melihat kelas aset alternatif regional sebagai inti dari strategi nilai tambah, dengan 46 persen responden mengharapkan aset yang dikelola atau assets under management (AUM) dalam portofolio multifamily dapat terus bertumbuh.
Hotel juga akan terlihat menarik menyusul berakhirnya pembatasan perjalanan dan pulihnya sektor pariwisata, dengan 32 persen responden mengharapkan AUM perhotelan meningkat pada tahun 2023.
Dalam situasi yang tidak pasti, investor akan menyukai wilayah yang stabil seperti Jepang dan Singapura, dengan 68 persen dan 60 persen responden berharap untuk meningkatkan eksposur mereka pada 2023.
Secara khusus, Tokyo siap untuk menjadi penerima modal utama pada 2023, menempatkan kelas aset multifamily, logistik dan industri, serta kantor sebagai tiga pasar investasi teratas pada 2023.