Bisnis.com, JAKARTA- Pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara akan mengandalkan kecerdasan teknologi, terutama dari sisi konstruksi infrastruktur.
Hal ini seiring dengan konsep IKN sebagai smart forest city atau kota pintar yang mengutamakan aspek lingkungan berkelanjutan.
Ketua Satgas Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur IKN, Danis Hidayat mengatakan IKN dibangun dengan mempertimbangkan berbagai aspek terutama terkait sustainability dan implementasi rendah emisi karbon.
"Sejak awal, desain dari IKN sudah 75 persen adalah area hijau, rendah emisi karbon juga jadi KPI [key perfomance indicator], misalnya dalam bentuk instalasi kapasitas energi terbarukan itu menjadi acuan 100 persen," kata Danis, Rabu (15/3/2023).
Dia menerangkan, saat ini pihaknya telah memiliki desain rekayasa perkotaan untuk IKN menggunakan prinsip collaborative work dengan memanfaatkan dan mengintegrasikan ekosistem model Building Information Modelling (BIM) dan Geographic Information System (GIS).
Hal ini berkenaan dengan sistem smart construction yang memungkinkan pekerjaan konstruksi dipantau secara real-time, termasuk akses manajemen dokumen dan persetujuan desain dan kosntruksi.
Baca Juga
"Kalau kita gabungkan antara konstruksi dan GIS, nanti itu betul-betul menjadi smart infrastruktur," ujarnya.
Penggunaan teknologi cerdas juga akan diterapkan pada konstruksi jalan, Danis mencontohkan pembangunan immersed tunnel on toll road atau yang dikenal sebagai tol bawah laut.
"Kami tidak memilih jembatan tapi memilih immersed tunnel, dalam konteks sustainability, lingkungan juga," jelasnya.
Konstruksi jalan lainnya yang mengusung smart technology misalnya, electric charging lane atau infrastruktur jalan yang bisa mengisi daya baterai terpasang pada kendaraan listrik ketika melintas di jalan tersebut.
Selain itu, alternatives use of primary roads as runways atau penggunaan jalan utama sebagai alternatif landasan pacu dan infrastruktur sistem parkir pengisian terhubung dengan penerangan jalan.
Selanjutnya, di bidang integrated urban water management (IUWM) pihaknya mempersiapkan konsep terintegrasi dari water resoruces sampai proses safe disposal or recycle.
Adapun sistem tersebut merupakan keterpaduan utilitas terkait air yang dilakukan dnegan mengelola sistem tata air perkotaan yang meliputi sistem tata air perkotaan yang emliputi air hujan, drainase, air minum, dan air limbah, serta sumber air alami termasuk air tanah, sungai atau danau, dan air laut.
"Kami juga mengintegrasikan infrastruktur air di KIPP sampai kepada proses kemungkinan daur ulang pemanfaataanya untuk taman kota," tuturnya.
Tak hanya itu, di bidang pengelolaan air pun menerapkan smart water system yang memiliki komponen lengkap, mulai dari water resilience, smart control, potable water, dan consumption efficiency.
"Secara desain juga integrated sanitation system, lalu waste management system dan waste management flow kita betul-betul perhatikan," tuturnya.
Sementara itu, dari sisi pembangunan gedung di IKN akan mengimplementasikan bangunan gedung hijau sesuai dengan UU No. 28 Tahun 2022 tentang Bangunan Gedung yang didukung oleh Peraturan Menteri PUPR No.21 Tahun 2021 tentang Penilaian Kinerja Green Building.
Adapun, sertifikasi BGH akan diberikan untuk tertib pembangunan dan mendorong penyelenggaraan bangunan gedung yang memiliki kinerja terukur secara signifikan, efisien, aman, sehat, mudah, nyaman, ramah lingkungan, hemat energi dan air, dan sumber daya lainnya.
Dalam hal ini, Direktur Jenderal Sumber Daya Air (SDA) PUPR Jarot Widyoko mendorong penggunaan material rantai pasok kosntuksi hijau untuk material konstuksi berdasarkan instruksi Menteri PUPR No.4/2020 tentang Penggunaan non-Ordinary Portland Cement (OPC).
"Untuk itu, seluruh badan usaha sudah seharusnya menjadi perhatian kita bersama untuk memulai menggunakan material yang ramah lingkungan. Salah satunya menggunakan semen non-OPC yang telah memenuhi ketentuan SNI beton," ujarnya.
Jarot juga mengungkapkan berdasarkan penelitian tim Litbang PUPR tahun 2014-2018, semen non-OPC memiliki kekuatan yang sama dengan semen OPC. Perbedaannya hanya ada pada tingkat keramahan lingkungan.
"Hasil penelitian Litbang PUPR 2014-2018, semen non-OPC itu memiliki kinerja yang setara dengan semen OPC. Namun, kelebihan semen non-OPC itu bisa berkontribusi dalam penurunan emisi karbon serta meningkatkan akurasi sesuai peruntukan pekerjaan konstruksi," tandasnya.