Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sebanyak 20.000 Pekerja Tekstil yang Dipecat, Direkrut Kembali

Pekerja tekstil yang sempat dipecat kini mulai dipanggil lagi, seiring meningkatkan permintaan produk tekstil.
Sejumlah karyawan tengah memproduksi pakaian jadi di salah satu pabrik produsen dan eksportir garmen di Bandung, Jawa Barat, Selasa (25/1/2022). Bisnis/Rachman
Sejumlah karyawan tengah memproduksi pakaian jadi di salah satu pabrik produsen dan eksportir garmen di Bandung, Jawa Barat, Selasa (25/1/2022). Bisnis/Rachman

Bisnis.com, JAKARTA - Industri tekstil kini mempekerjakan kembali sebanyak 20.000 karyawan yang sebelumnya dirumahkan pada tahun 2022 lalu. Dalam hal ini, Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) membuka suara.

Ketua Umum API Jemmy Kartiwa Sastraatmadja menyebut, pada bulan Januari lalu, perekrutan kembali karyawan yang sebelumnya dirumahkan sempat dilakukan lantaran pasar domestik industri ini terbilang sempat mengalami perbaikan.

“Di awal bulan Januari kelihatan market lokal sedikit membaik, jadi ada beberapa anggota Kami yg mencoba mempekerjakan lagi karyawan yang sudah dirumahkan,” kata Jemmy saat dihubungi Bisnis pada Kamis (23/2/2023).

Meskipun, Jemmy tidak menyebutkan secara pasti berapa jumlah karyawan yang kembali dipekerjakan setelah dirumahkan pada tahun lalu tersebut.

Jemmy mengaku pihaknya masih terus berpegang pada pasar domestik. Meskipun belum sepenuhnya tergenggam oleh produk-produk lokal dan masih harus berhadapan dengan banjir produk impor ilegal.

“Sekarang Tumpuan kita adalah market local, meskipun belum sepenuhnya kami kuasai,” tambah Jemmy.

Hal ini lantaran, saat ini, kata Jemmy, industri tekstil belum bisa berharap banyak pada pasar ekspor, dengan kondisi ketidakstabilan geopolitik yang belum bisa dipastikan kapan akan membaik.

“Untuk market ekspor juga masih sangat tidak bagus,” sambungnya.

Terlebih, tutur Jemmy, meski pasar domestik sempat membaik seiring dengan persiapan menyambut bulan Ramadan dan lebaran yang berdampak pada peningkatan permintaan. Namun, Jemmy menyebut, kondisi baik ini tidak berlangsung lama. 

Lantaran, saat memasuki bulan Februari tahun ini, pihaknya kembali dihadapkan dengan pasar domestik yang kembali melemah. 

“Secara umum utilitas masih rendah. Kondisi daya beli sangat mempengaruhi permintaan,” pungkas Jemmy.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper