Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) belum berencana menurunkan kembali harga jual bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite dan Solar subsidi pada awal tahun ini.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, keputusan itu diambil lantaran harga minyak mentah dunia yang kembali menguat pada perdagangan pekan ini.
“Masih di atas harga nilai keekonomiannya minyak sekarang,” kata Arifin saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (24/2/2023).
Harga minyak naik dua persen lebih tinggi pada akhir perdagangan Kamis (23/2/2023) waktu setempat, di tengah ekspektasi pemotongan tajam untuk pasokan Rusia bulan depan, tetapi dolar yang lebih kuat dan lonjakan persediaan Amerika Serikat yang lebih tajam dari perkiraan menambah kekhawatiran permintaan.
Mengutip Antara, minyak mentah berjangka Intermediate West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April naik 1,44 dolar AS atau 2,0 persen, menjadi menetap pada 75,39 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April menguat 1,61 dolar AS atau 2,0 persen, menjadi ditutup pada 82,21 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange, dibandingkan dengan sekitar 98 dolar AS per barel menjelang invasi Rusia ke Ukraina setahun lalu.
Baca Juga
“Kalau belum turun berarti belum ekonomis,” kata Arifin.
Kendati demikian, dia menegaskan, kementeriannya terus melakukan pemantauan terhadap pergerakan harga minyak mentah dunia tersebut.
Dia menegaskan pemerintah menaruh perhatian pada upaya penyediaan harga energi yang terjangkau bagi masyarakat.
Adapun, pada pertengahan tahun lalu, pemerintah mengerek harga jual Pertalite menjadi Rp10.000 per liter dari posisi sebelumnya di angka Rp7.650 per liter.
Sementara itu, Solar subsidi dipatok ke angka Rp6.800 per liter dari level sebelumnya Rp5.150 per liter.
Seperti diberitakan sebelumnya, harga minyak mendapat dorongan awal dari rencana Rusia untuk memotong ekspor minyak dari pelabuhan-pelabuhan barat hingga 25 persen pada Maret, melebihi pengurangan produksi yang diumumkan sebesar 500.000 barel per hari.
Sementara dolar yang lebih kuat tetap menjadi hambatan jangka pendek untuk minyak mentah, analis UBS mengatakan mereka memperkirakan produksi Rusia yang lebih rendah dan pembukaan kembali China akan memperketat pasar minyak dan mendukung harga.
Indeks dolar naik untuk sesi ketiga berturut-turut, setelah risalah dari pertemuan Federal Reserve AS terbaru pada Rabu (22/2/2023) menunjukkan mayoritas pejabat Fed setuju bahwa risiko inflasi tinggi menjamin kenaikan suku bunga lebih lanjut.